Ajak Warga Tak Mudik, Moeldoko Sentuh Masyarakat dengan Lagu
beritapapua.id - Ajak Warga Tak Mudik, Moeldoko Sentuh Masyarakat dengan Lagu - WartaKota

Ada ungkapan bawah tidak bertemu tandanya tidak sayang. Tidak bertemu, artinya tidak rindu. Lantas, waktu agaknya telah merubah makna kalimat tersebut 180 derajat. Kali ini, ungkapan rasa cinta dan kasih sayang diwujudkan dengan menjaga jarak. Maka, rindu yang kian menggebu bekerja layaknya pupuk bagi cinta. Setidaknya hal tersebut yang coba disampaikan oleh Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, mantan Menko Polhukam sekaligus Ketua Wantimpres Wiranto beserta beberapa tokoh masyarakat lainnya. Berbagai upaya dilakukan untuk menyadarkan warga Indonesia soal pentingnya untuk bekerja sama dalam memutus rantai penyebaran covid-19.

Kali ini, pejabat negara beserta tokoh masyarakat tersebut menyampaikan sosialisasi melalui video lagu berjudul ‘Ra Mudik, Ra Opo’ yang artinya ‘tidak mudik, tidak apa-apa’. Lagu besutan musisi Harry Yamba itu dinilai cocok untuk menarik perhatian masyarakat. Moeldoko menyampaikan bahwa segala upaya perlu dilakukan untuk menyadarkan masyarakat pentingnya tidak mudik demi keselamatan bersama.

“Kalau dilarang mudik dengan tegas susah, sekarang saya ajak kesadarannya lewat lagu. Apa masih mau ngotot pulang?” tegas Moeldoko dilansir dari Kumparan, Kamis (7/5).

Kangen iso disimpen, yen nganti lara sopo sing gelem?

(Rindu bisa disimpan, kalau nanti sakit siapa yang mau?)

Begitulah salah sebait lirik yang tersemat dalam lagu yang dilantunkan oleh pejabat publik tersebut. Imbauan menjaga jarak demi orang yang disayang disampaikan melalui bahasa Jawa untuk menjangkau para pemudik yang kebanyakan berasal dari Jawa.

Melihat animo yang luar biasa terhadap musik campur sari, lantas muncul ide untuk melakukan sosialisasi melalui genre lagu tersebut. Ketua Umum Paguyuban Jawa Tengah, Leles Sudarmanto, merupakan dalang dari munculnya ide tersebut. Kala itu, ia ingin melaksanakan arahan Presiden Joko Widodo ihwal larangan mudik.

Tak sekadar melalui lagu, sosialisasi dilakukan melalui video. Video berdurasi 4 menit 20 detik itu menampilkan kolaborasi pejabat negeri dan tokoh masyarakat dalam menyampaikan pesan larangan mudik. Tak hanya Moeldoko dan Wiranto, Dirjen Perhubungan Darat, Budi Setiyadi, dan Ketua Umum Komite Seni Budaya Nasional, Hendardji Supandj, juga ikut serta.

Selain itu, Bupati Pati H. Haryanto, Bupati Karanganyar Yuliatmono, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Ketum Paguyuban Jawa Tengah H Leles Sudarmanto, hingga Sekjen Paguyuban Jawa Tengah Ir. Frahma Alimiyarso juga tampil dalam video tersebut.

Baca Juga: Menjaga Kekhusyukan di Bulan Ramadan

Lirik Lagu ‘Ra Mudik, Ra Opo’

Wis ra sah bali ono ngomah nata ati

(Sudah jangan pulang ke rumah,)

Wis ra sah kondur, ra pedot dadi sedulur

(Enggak putus kok hubungan persaudaraan.)

Kangen isa disimpen, yen nganti loro sopo sing gelem

(Kangen bisa ditahan, tapi kalo sakit sapa yang mau?)

Nunggu nganti kahanan wis lerem

(Nunggu sampai situasi sudah membaik.)

Wis ra sah mulih becik ngleremke penggalih

(Sudah, jangan pulang. Ademin hati dulu.)

Wis ra sah salaman ora ngadohke kekancan

(Sudah jangan salaman, enggak bikin teman jadi jauh juga.)

Isih isa Wa-nan, isih isa telpon-telponan

(Masih bisa WA-an, masih bisa telponan.)

Tamba kangen nanging jaga jarak aman

(Obat kangen, tapi jaga jarak aman.)

Ra mudik, ra opo

(Enggak mudik, enggak apa-apa)

Po ra getun, po ra gela, yen mudik nambah memala

(Apa ndak menyesal kalau mudik malah bawa penyakit?)

Becik mikir keslametan kang utama

(Lebih baik mikir keselamatan yang utama.)

Jalaran virus corona, mudik njur dikarantina

(Karena virus corona, mudik lalu dikarantina.)

Dha manuta yen pancen sayang kluwarga

(Ayo yang patuh kalau masih sayang keluarga.)

Wis ning omah wae ora usah rana rene

(Sudah di rumah saja, enggak usah ke sana ke sini.)

Wis neng omah wae ben ora nyebar virus e

(Sudah di rumah saja, supaya enggak nyebar virusnya.) 

Jo lali ngedonga corona cek enggal sirna

(Jangan lupa berdoa supaya corona cepat hilang.)

Kumpul Meneh, dulur kanca uga wong tuwa

(Ngumpul lagi sama saudara, teman dan orang tua)