Apakah Fungsi Mitos dalam Kehidupan?
beritapapua.id - Apakah Fungsi Mitos dalam Kehidupan? - Istimewa

Apakah Fungsi Mitos dalam Kehidupan? – “Sapu yang bersih! Kalau tidak bersih, nanti suamimu brewokan!” ujar seorang sepuh Jawa kepada anak perempuannya.

Apakah mitos tersebut masih dijumpai saat ini? Mitos tersebut dipercaya oleh sebagian besar orang Jawa. Mereka kerap menakut-nakuti anak perempuan–yang dalam budaya mereka, perempuan adalah pihak yang melakukan pekerjaan rumah–dengan pasangan brewokan jika tidak menyapu dengan bersih.

Ada pula mitos lainnya seperti anak gadis yang suka duduk di depan pintu akan sulit mendapat jodoh.

Ternyata setelah ditelusuri, mitos tersebut punya makna edukatif. Pertama, mitos perihal menyapu tidak bersih mengajarkan untuk lebih teliti dan bersih. Orang dulu, khususnya orang Jawa, menganggap brewok merupakan sosok yang tidak bersih. Tak ayal jika perempuan dulu tidak ingin punya suami yang brewokan.

Lantas apa hubungannya bersih-bersih dengan jodoh? Orang dulu percaya bahwa tidak pandai bersih-bersih, maka ia akan mendapatkan jodoh yang tidak bersih juga. Mirip dengan mitos larangan duduk di depan pintu. Mitos tersebut hendak mengajarkan norma kesopanan.

Duduk di depan pintu dapat mengganggu orang yang hendak keluar atau masuk ruangan. Makna dari mitos tersebut adalah orang yang tidak sopan akan sulit mendapat jodoh.

Melihat contoh di atas, bagaimana pendapat ahli soal mitos?

Baca Juga: Pesona Taman Nasional Wasur di Ujung Timur Papua

Fungsi Mitos dalam Kehidupan Sosial dan Budaya

Elva Yusanti dalam artikel jurnalnya yang berjudul Fungsi Mitos dalam Kehidupan Masyarakat Pulau Temiang, Jambi, memuat beberapa fungsi mitos. Tidak jauh berbeda dengan mitos-mitos di atas, masyarakat Pulau Temiang punya mitosnya sendiri. Misal, salah satunya adalah mitos soal penganan.

Dalam penelitiannya, Elva menjelaskan bahwa masyarakat Pulau Temiang percaya rumah yang sering dikunjungi itu berkah. Maka dari itu, warga kerap menyiapkan kue seperti kue peneram, kue sepang, dan ketupat ketan. Mereka kemudian mengikat kue tersebut dengan tali dan disangkutkan di langit-langit rumah mereka. Hal ini dilakukan agar rumah sering mendapat kunjungan.

Setidaknya terdapat dua fungsi mitos dalam artikel tersebut, yakni sebagai sarana sistem sosial dan budaya dan penjelasan terkait hal-hal di luar logika. Dalam mitos soal penganan, misalnya. Ini menjelaskan bahwa warga Pulau Temiang menjunjung tinggi relasi sosial di dalam kehidupan sosial mereka.

Keberkahan dapat diperoleh melalui saling berkunjung ke rumah kerabat serta menjamunya dengan baik. Hal itu mendatangkan kasih sayang antar warga yang kemudian berkembang menjadi saling menjaga dan membantu satu sama lain.

Berbicara soal mitos, maka tidak dapat dipungkiri bahwa orang dulu belum memiliki kemampuan untuk menafsirkan sejumlah kejadian. Mereka menggunakan mitos dan kepercayaan sebagai sarana untuk menjelaskan hal tersebut.

Sebagai contoh, dalam kasus Pulau Temiang, mereka menyediakan kopai, tungap dan tetemas saat dilakukan persalinan. Kopai adalah penyangga kepala yang terbuat dari daun pinang kering yang sudah dibacakan mantra. Sedangkan tungap wadah adalah sejenis obat-obatan dan tetemas adalah obat penangkal setan.

Ketiga benda tersebut dipercaya dapat melindungi proses persalinan seorang ibu dalam masyarakat Pulau Temiang. Pada dasarnya, benda tersebut memang benda yang menggambarkan kesiapan warga dalam membantu persalinan.

Meski penjelasan terkait mitos boleh berbeda di tiap wilayah, namun setidaknya penjelasan ini dapat menjadi gambaran perihal fungsi mitos dalam masyarakat Indonesia. Bagaimana menurut Anda? Percayakah Anda dengan mitos?