Asal Usul Penduduk Jayapura, Papua, Serta Adat Mereka – Tahukah Anda? Jayapura merupakan kota yang penduduk aslinya tidak berasal dari sana. Ibu Kota Papua ini memiliki penduduk yang berasal dari luar wilayah tersebut. Kisah datangnya masyarakat luar Jayapura yang kemudian menghuni kota tersebut bukanlah dongeng.
Pulau Debi yang terletak Teluk Youtefa adalah asal usul nenek moyang penduduk Jayapura. Sebuah pulau kecil dengan keindahan panorama mangrove berbaur dengan birunya lautan Papua. Pulau Debi sekaligus tempat awal mula misionaris Kristen menjamah Papua, khususnya Jayapura.
Pulau yang terletak pada Teluk Youtefa tersebut merupakan pulau dengan aktivitas penduduk tertua. Di sanalah sebuah kampung kecil bernama Tobati dan Enggros berdiri. Kampung Tobati terletak dekat dengan Pantai Hamadi, Jayapura. Sedangkan Enggros berada di tengah laut Teluk Youtefa.
Menurut kisah tetua adat sekitar, kedua kampung tersebut menjadi asal-usul beridirinya Jayapura. Khususnya Enggros. Meski terbilang kampung kecil, Enggros memiliki fasilitas yang maju ketimbang wilayah lainnya kala itu. Kampung Enggros memiliki pos polisi, klinik, kantor kepala desa, gereja, hingga sarana air bersih dan listrik.
Setelah misionaris Kristen mulai bergerak di Enggros dan Tobati, warga lokal mulai bergerak ke wilayah lainnya. Termasuk ke Jayapura hingga akhirnya bermukim dan membangun kota tersebut.
Kebiasaan Suku Tobati dan Enggros: Bijak dan Santun
Antara Tobati dan Enggros, sumber menyebutkan bahwa Enggros yang lebih banyak mendominasi dalam terbentuknya Jayapura. Masyarakat dahulu menyebut warga Enggros adalah manusia yang bijak serta ramah dengan alam.
Jika masyarakat wilayah lain lekat dengan perilaku mabuk, warga Enggros tidak demikian. Mereka mengutamakan kesantunan dan saling menghormati. Bahkan, mereka tidak mengindahkan berkata dengan nada yang tinggi dan suara keras dengan lawan bicaranya. Bagi siapa yang melanggar, masyarakat akan memberikan sanksi sosial berupa pengucilan.
Sedangkan untuk Suku Tobati, mereka memiliki rasa kekeluargaan yang baik. Hal ini terwujud dengan sistem pernikahan mereka yang khas. Menurut warga lokal, terdapat 7 prosesi adat kala seseorang hendak menikah. Adat tersebut merupakan wujud dari nilai persaudaraan dan kekeluargaan dalam Suku Tobati.
Proses pernikahan berawal dari bertandangnya pihak laki-laki ke pihak perempuan untuk meminta restu orang tua dari pihak perempuan. Restu orang tua pihak perempuan akan berwujud dalam pengiriman makanan ke pihak laki-laki. Kemudian mereka akan berdiskusi ihwal jumlah mas kawin.
Proses adat keempat adalah mengantarkan mas kawin tersebut kepada pihak perempuan. Pernikahan akan berlangsung pada proses adat kelima. Pada proses adat keenam, keluarga pihak perempuan mengantarkan anaknya ke rumah suaminya.
Proses ketujuh sebagai penutup, pihak perempuan mengantarkan barang-barang yang diperlukan oleh anaknya. Termasuk peralatan dapur.
Baik Tobati dan Enggros merupakan warga yang piawai dalam berburu ikan. Suku Enggros misalnya. Mereka memiliki tradisi untuk membangun tambak ikan yang mengembangbiakkan ikan bandeng dan bobara.
Meski tinggal di tengah laut, hal itu tidak menyurutkan semangat mereka dalam bercocok tanam. Mereka gemar menanam tanaman hias sebagai pengisi waktu luang mereka.
Baca Juga: Sosok ‘Hantu Waena’ yang Dongkrak Wirausaha Pemuda Papua
Rumah Adat Suku Tobati-Enggros

Suku Tobati-Enggros juga terkenal dengan kepiawaian mereka ihwal arsitektur bangunan. Salah satu yang paling terkenal adalah rumah adat Kariwari. Rumah tersebut bukan saja terkenal dengan kemampuannya memecah angin, namun juga dengan filosofi dari rumah tersebut.
Tetapi, tahukah Anda bahwa rumah adat Suku Tobati-Enggros tidak hanya Kariwari? Berikut 3 arsitektur bangunan ala Suku Tobati Enggros.
1. Rumah Adat Kariwari
Rumah Adat Kariwari merupakan bangunan berbentuk limas yang tingginya kurang lebih 20 hingga 30 meter. Atapnya terbuat dari daun sagu dan bambu sebagai kerangka. Keunikan dari rumah ini adalah kekuatannya dalam membelah angin dari segala penjuru. Dengan bentuk limas, atap rumah Kariwari mampu menahan terpaan angin dari segala arah. Kekuatan dari rumah ini terletak pada kerangkanya. Mereka memiliki 8 kayu besi yang terpancang ke tanah sebagai penopang bangunan.
Selain terkenal akan kejeniusan arsitekturnya, rumah Kariwari juga mengandung nilai filosofis yang menarik. Masyarakat menyebutnya sebagai rumah peradaban. Pasalnya, pemuda menempuh pendidikan pada rumah tersebut. Terdapat 3 ruangan utama pada rumah Kariwari. Pertama, ruang atas untuk bermeditasi. Kedua, ruang tengah untuk berkumpulnya ketua adat dan orang penting. Dan lantai pertama untuk belajar anak-anak muda.
Para tetua adat mengajari pemuda Suku Tobati berbagai jenis ilmu kehidupan. Mereka mendapat pelajaran berupa cara memahat, membuat senjata, cara membuat perahu dan cara berperang.
2. Rumah Adat Sway
Mirip dengan rumah adat Kariwari, rumah adat Sway berfungsi sebagai tempat tingga. Dari segi arsitektur, mereka serupa. Mulai dari bentuk bangunan, atap, hingga bahan-bahan pendukung bangunan. Rumah Sway adalah bentuk adaptasi rumah adat Kariwari.
Sebagai pengembangan dari rumah adat Kariwari, Sway berfungsi sebagai tempat tinggal. Yang membedakannya dari rumah adat Kariwari adalah fungsi dari ruangan dalam rumah tersebut. Rumah Sway terdiri dari dari bilik/kamar tidur, ruang tamu, ruang dapur dan teras belakang.
Masyarakat akan menyusun rumah ini menghadap ke arah jalan utama. Sehingga, rumah akan saling berhadap-hadapan. Masyarakat Suku Tobati-Enggros membagi ruang sesuai dengan gender. Laki-laki menempati ruang yang terletak ke arah laut atau ke arah jalanan. Sedangkan perempuan menempati ruang ke arah belakang atau dataran.
3. Keramba Ikan Terapung
Suku Tobati-Enggros adalah masyarakat yang pandai dalam berburu ikan. Hal ini terwujud dalam sistem mencari ikan yang mereka terapkan dalam pekarangan tempat mereka tinggal.
Warga Tobati-Enggros meletakkan kandang ikan di bawah rumah mereka sebagai perangkap ikan. Keramba tersebut terbuat dari batang bambu dengan jaring yang mengelilingi rumah mereka. Ikan bobara dan samandar merupakan ikan yang kerap mereka tangkap.