Cara Mencegah Kejahatan Rekayasa Sosial – “Dik, Mama minta pulsa,” begitu isi pesan yang datang dari nomor tak dikenal.
Kasus seperti itu lazim ditemukan. Seiring berkembangnya teknologi, modus tersebut pun berkembang. Mulai dari telepon mengatasnamakan keluarga yang ditangkap polisi, menang undian, atau transaksi jual-beli yang mengharuskan memberikan data pribadi. Sebagian besar orang lantas bertanya, apa yang sebenarnya mereka lakukan? Jika mau menipu, kesannya mereka menggunakan trik murahan yang mudah ditebak.
Modus kejahatan sebagaimana contoh tersebut termasuk dalam bentuk rekayasa sosial. Pelaku berusaha merekayasa masyarakat agar tujuannya tercapai. Josh Fruhlinger dalam csoonline.com menjelaskan bahwa rekayasa sosial berupaya untuk memanipulasi kelemahan manusia: psikologi mereka. Singkatnya, rekayasa sosial bukan trik murahan.
Rekayasa sosial merupakan teknik kejahatan yang sangat cerdik. Alih-alih membobol sistem keamanan sebuah perusahaan, mereka menyerang karyawannya untuk mendapat informasi. Dengan memanipulasi psikologis korban, mereka menggali informasi perusahaan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Rekayasa sosial juga terjadi dalam tingkat individual. Dewasa ini lazim ditemukan kasus penipuan yang mengatasnamakan perusahaan-perusahaan besar. Sebutlah kasus rekayasa sosial yang menimpa selebriti Indonesia, Maia Estianty dan Aura Kasih. Singkat cerita, pelaku memanipulasi keadaan untuk mendapatkan kode One Time Password (OTP) dompet digital selebriti tersebut.

Josh mengatakan alasan mengapa terkadang rekayasa sosial terdengar remeh adalah psikologi manusia. Pelaku memanfaatkan kondisi korban yang sedang bingung atau lelah sehingga korban tidak sadar sedang dimanfaatkan. Namun jika korban dalam kondisi prima, tipuan itu tidak akan bekerja.
Dalam artikel tersebut, Josh menjelaskan beberapa trik untuk mencegah diri menjadi korban kejahatan rekayasa sosial:
Baca Juga: Munculnya Kasus Covid-19 dari Klaster Perkantoran
1. Tingkatkan kewaspadaan terhadap modus rekayasa sosial
Mencari tahu soal kasus-kasus rekayasa sosial dapat meningkatkan kewaspadaan mereka. Kerap kali, pelaku menggunakan modus yang sama pada beberapa orang calon korban. Dengan memahami pola tersebut, Anda dapat mencegah diri Anda terjerumus dalam jerat tipu pelaku rekayasa sosial.
2. Minta pelaku jelaskan secara detail soal apa yang mereka tawarkan
Umumnya, pelaku tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan secara detail soal apa yang mereka bicarakan. Ini dapat menjadi strategi Anda untuk mencari tahu apakah Anda sedang menghadapi penipu atau bukan.
3. Cek kembali siapa yang menghubungi Anda
Pelaku biasanya menghubungi Anda melalui alamat yang tidak Anda kenal. Bisa jadi melalui surat elektronik, telepon langsung, atau via chat. Upayakan untuk bertanya soal identitas mereka terlebih dahulu sebelum melanjutkan interaksi dengan mereka. Setelah itu, lakukan verifikasi dengan pihak terkait untuk mengetahui kebenaran dari identitas mereka.