Cepat Marah di Tengah Wabah Corona? Kok, Bisa? – “Akan berapa lama lagi keadaan akan seperti hari ini?” teriaknya, sambil melempar botol minuman keras yang sedang diminumnya ke dinding. Anak-anak Geeta segera berlari mencari perlindungan.
Geeta, ibu rumah tangga asal India, bercerita bagaimana corona benar-benar berpengaruh pada kesehatan mental seseorang. Ia bercerita bahwa suaminya mulai jengah seraya tak sanggup dengan kondisi wabah yang mendera. Geeta bertutur pada BBC, bahwa suaminya kerap marah-marah hingga membanting barang. Menurut Geeta, marah dari sang suami semakin memburuk.
“Mereka telah beberapa kali menyaksikan kemarahan ayahnya sebelumnya, tetapi beberapa minggu ini keadaan memburuk. Mereka melihatnya melempar barang ke dinding dan menjambak rambutku,” tutur Geeta, melansir dari BBC.
Kenyataannya, dampak rasa cemas dan panik di tengah wabah corona ini begitu berbahaya. Gempuran informasi yang kerap disebut ‘kabar buruk’ sangat mempengaruhi kesehatan mental mereka. Perasaan tertekan dan terkurung akibat imbauan karantina dapat memantik amarah seseorang. Melansir dari BBC (05/04) 2020, kasus kekerasan dalam rumah tangga meningkat sebanyak 65 persen di tengah wabah corona.
Marah bisa jadi disebabkan oleh rasa cemas yang berlebihan. Dengan gempuran informasi yang begitu banyak, tak ayal apabila warga di tengah wabah corona ini begitu tertekan. Marah bisa sangat berbahaya bagi diri dan orang sekitar. Lantas, apa saja penyebabnya?
Baca Juga: 8 Petugas Puskesmas Oransbari Sudah Rapid Test, Hasilnya Negatif
Rasa Takut Berujung Pada Amarah
Sebab orang bisa marah beragam. Dilansir dari thehealthsite, salah satu sebab marah adalah rasa takut. Marah dapat diidentifikasi sebagai ekspresi dari rasa takut seseorang. Menurut penelitian, seseorang akan marah jika citra dirinya diusik. Rasa tidak berdaya menghadapi sebuah kondisi, cemas akan masa depan, hingga kesulitan menghadapi masalah yang dihadapi menjadi sebab-sebab timbulnya rasa takut.
Di tengah wabah corona, perasaan takut kerap menghantui. Banyak sekali faktor penyebab timbulnya rasa takut, seperti takut tertular, takut tak mampu membiayai hidup, dan berbagai jenis rasa takut lainnya. Situasi tersebut mampu mendorong rasa cemas dan takut. Gelagat orang yang tengah didera rasa takut dan cemas biasanya dapat ‘menular’ pada orang disekitarnya.
Tetapi, makna menular di sini tidak dapat diartikan sebagaimana penyakit flu yang menular. Menurut psikolog klinis dan forensik California Selatan, Judy Ho, tidak ada penyakit mental yang bisa menular, hanya saja dapat memengaruhi suasana hati orang lain, entah ikut marah dan takut, atau sebaliknya, melukai perasaan orang lain. Hal ini yang tidak diinginkan oleh sebagian besar orang. Penting bagi diri sendiri untuk menghalau serta menanggulangi rasa takut tersebut.
Membendung Amarah di Tengah Wabah
Karantina dan pembatasan sosial dapat mempengaruhi kesehatan mental. Kita tentu tidak ingin hal yang terjadi di Inggris dan di India turut terjadi di lingkungan kita. Untuk itu, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan mental, khususnya dalam membendung amarah. Tips-tips berikut adalah upaya mencegah amarah yang timbul dari rasa takut.
Melansir dari sehatq, upaya pertama dalam membendung amarah ialah mengidentifikasi hal-hal yang membuat Anda cemas dan takut. Dengan mengetahui apa saja yang membuat Anda takut, hal itu akan membantu Anda mengganti dan menyelesaikan hal tersebut. Anda bisa saja menggunakan teknik terapi menulis dengan cara menuliskan hal-hal tersebut pada selembar kertas. Dengan demikian Anda dapat merumuskan jalan keluarnya, atau setidaknya membuat Anda merasa lebih tenang.
Setelah Anda berhasil mengidentifikasi hal yang membuat Anda cemas dan takut, Anda dapat memilah mana yang dapat diselesaikan dan mana yang tidak bisa diselesaikan. Pada tahap ini, Anda diminta untuk menerima hal-hal yang Anda tak bisa selesaikan. Anda dapat menentukan mana yang prioritas dan mana yang bukan prioritas.
Langkah terakhir adalah berbicara dan diskusi dengan orang lain. Tentu ini menjadi hal yang paling krusial dalam membendung rasa takut dan amarah. Karantina kerap menyulitkan kita untuk bersosialisasi. Ini juga menjadi faktor penyebab mengapa warga dihantui rasa takut dan cemas. Untuk itu, tidak ada salahnya untuk berbagi rasa pada kawan melalui media sosial atau menghubungi mereka lewat telfon.
Di tengah situasi yang sulit ini, tentu tidak mudah untuk tetap tenang. Namun,kita perlu sama-sama menjaga diri dan lingkungan sekitar kita. Semoga masa sulit ini cepat berlalu.