“Ibu, apakah engkau tidak mau pulang ke desa?” tanya Biwar Sang Pemburu Naga pada Ibunya.
Sudah lama Biwar dan Ibunya tinggal jauh di dalam hutan, jauh dari desa mereka. Dahulu, Sang Ibu hidup damai dengan keluarga dan sanak saudaranya di sebuah kampung di Mimika. Namun, setelah kejadian itu semuanya berubah.
Beberapa tahun sebelumnya, Ibu Biwar bersama suaminya merupakan warga dari salah satu kampung di Mimika. Bersama warga kampung tersebut, Ibu dan Ayah Biwar hidup aman dan tentram. Mereka menjadikan sagu sebagai makanan pokok mereka. Hingga akhirnya persediaan sagu mulai menipis.
Ibu dan Ayah Biwar bersama sejumlah warga pergi untuk mencari lahan baru. Mereka menggunakan 10 perahu kecil untuk menyusuri sungai di sekitar tempat mereka tinggal. Namun, mereka tidak menduga apa yang hendak menimpa mereka. Seekor naga raksasa muncul dari dalam air dan mengacak-acak dan membunuh rombongan Ibu dan Ayah Biwar.
Dari serangan naga yang ganas itu, Ibu Biwar berhasil selamat. Kala itu, ia sedang hamil besar. Siapa sangka, anak yang ia kandung adalah anak yang mampu mengubah nasib kampungnya. Ibu Biwar masuk ke dalam hutan untuk bersembunyi dari naga itu. Berbekal pengalaman hidup, ia menggunakan apa yang ada di dalam hutan untuk tetap bertahan.
Beberapa bulan setelahnya, ia melahirkan seorang anak laki-laki yang ia beri nama Biwar. Ia adalah sosok anak yang tangguh dan cerdas. Ibu Biwar mengajarinya cara berburu, bercocok tanam, hingga membangun honai–rumah tradisional masyarakat Papua. Hingga akhirnya Biwar tumbuh dewasa.
Ikan-ikan Besar di Sungai Terlarang
Sejak kecil hingga dewasa, Ibunya selalu melarang Biwar untuk berburu di sungai. Biwar yang sudah menginjak masa remaja-dewasa akhirnya penasaran. Ia pergi ke sungai untuk mencari makanan. Namun, apa yang ia temukan? Ikan-ikan yang besar begitu melimpah di sana. Biwar pulang dengan wajah sumringah dan sejumlah ikan besar di tangannya.
“Biwar! Jangan bilang ikan-ikan ini kamu dapatkan dari sungai!” ucap sang Ibu melihat Biwar yang pulang dengan ikan-ikan besar.
Biwar termangu dan keheranan. Mengapa sungai yang begitu kaya akan sumber pangan justru dilarang untuk disatroni.
“Jangan kamu pergi ke sana! Di sana ada Naga yang besar dan ganas! Ia yang telah membunuh Ayah dan saudaramu!” lanjut sang Ibu.
Mendengar hal itu, Biwar murka. Mengetahui bahwa keluarga dan saudaranya mati di tangan naga, Biwar tidak bisa tinggal diam. Amarahnya semakin memuncak manakala ia tahu bahwa naga itu telah membuat Ibunya terpisah dari desanya. Biwar pun membujuk sang Ibu untuk mengizinkannya pergi berburu naga.
Baca Juga: Katy Perry Sempat Kena Gangguan Mental Saat Putus dari Orlando Bloom
Biwar Sang Penakluk dan Pemburu Naga
Setelah susah payah membujuk ibunya, akhirnya Biwar diizinkan pergi. Berat hatinya melihat sang anak yang sudah dibesarkan pergi berburu seekor naga ganas. Benaknya meracau kepada skenario buruk yang akan menimpa anaknya. Namun dalam hati kecilnya, sang Ibu percaya bahwa anaknya mampu membunuh naga itu.
Biwar dengan gagah berani melaju ke kediaman sang naga. Ia pun meneriaki sang naga agar ia keluar dari persembunyiannya. Berbekal tombak dan panah, ia siap mengadu nasib dengan sang raja sungai. Tak lama setelah itu, muncullah seekor naga raksasa dari danau tempat sungai itu bermuara.
Dengan penuh amarah, Biwar meluncurkan serangannya. Tombak dan anak panah menghujani tubuh sang naga air itu. Namun tidak ada satupun dari serangan Biwar yang dapat melukai tubuh naga itu.
“Betul kata Ibu. Naga ini begitu kuat!” ujar Biwar.
Sekarang, giliran sang naga menyerang Biwar. Ia melesat dengan cepat menyerang bocah itu. Namun, Biwar berhasil mengelak. Ia pun membalas serangan naga itu yang berujung sama, naga itu tidak terluka.
Biwar kehabisan amunisi, namun tidak dengan akalnya. Ia pergi ke arah tebing tinggi di pinggir sungai. Sang naga dengan jemawa mengikuti bocah itu ke tepi tebing. Tidak tahu apa yang akan menimpanya, sang naga hanya tertawa melihat bocah menyedihkan yang sudah kehabisan senjata itu. Namun, itu adalah akhir perjalanan sang naga.
Biwar sudah menyiapkan perangkap untuk sang naga, yakni batu besar di tepi tebing. Dengan perkiraan yang tepat, ia menggelincirkan batu besar itu ke arah sang naga dan mengenai kepala dari raja sungai itu. Naga yang jemawa tak mampu mengelak dan membiarkan kepalanya menjadi sasara serangan Biwar.
Sang naga terkapar dan hanyut di dalam derasnya aliran sungai. Melihat sang naga tak berdaya, Biwar pun merapalkan raungan kemenangan.
Ia pun kembali kepada Ibunya dengan selamat. Betapa bahagianya sang Ibu melihat anaknya telah menjadi pahlawan bagi dirinya, serta warga kampungnya. Akhirnya, mereka berdua kembali ke tempat tinggal mereka di Mimika. Seluruh warga kampung menyambut Biwar sang pemburu naga penuh suka cita.