Daerah Transisi yang Bertumbuh di Papua Barat
Daerah Transisi yang Bertumbuh di Papua Barat

Daerah Transisi yang Bertumbuh di Papua Barat – Teluk Bintuni merupakan salah satu daerah hasil pembagian wilayah atau daerah transisi berdasarkan keputusan Gubernur Nederlands Nieuw Guinea No. 86 tertanggal 10 Mei 1952. Hal tersebut bertujuan untuk mempercepat pembangunan di wilayah Papua yang luas. Sebelumnya, pada tanggal 1 April 1952 telah terbentuk pemerintahan Teluk Bintuni dengan ibu kotanya yang diberi nama Steenkool. Menurut pembagian wilayah yang dibuat pada tahun 1952, pembagian distrik yang telah disetujui dan mulai berlaku pada 1 November 1953. Daerah transisi Teluk Bintuni ditetapkan meliputi tiga wilyah pemerintahan distrik, yaitu Distrik Arandai, Distrik Steenkool dan Distrik Babo.

Baca Juga: Cerita Dari Alam dan Pelatihan Teknik Teluk Bintuni

Perubahan di Daerah Transisi Teluk Bintuni

Kawasan ini terus mengalami perubahan. Masyarakat yang awalnya tinggal di daerah pegunungan atau dataran tinggi, mulai berpindah ke kawasan yang lebih rendah. Bahkan tidak sedikit yang pindah ke pesisir pantai. Teluk Bintuni sendiri merupakan daerah yang bisa disebut wilayah transisi. Pemekaran wilayah ini secara perlahan membentuk sebuah kota yang pelan-pelan tersentuh oleh pembangunan. Mulai dari pembangunan jembatan untuk menghubungkan satu kampung dengan kampung lainnya, kantor pemerintahan, dan gedung pelayanan umum seperti rumah sakit dan sekolah. Hal ini tentu saja berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan masyarakat Papua yang sebelumnya lekat pada kebudayaan. Seiring dengan masa transisi wilayah, perubahan juga mulai merambah pada kehidupan sosial dan adat istiadat yang bergeser dari sebelumnya.

Kekayaan alam Papua bukanlah sebuah rahasia, maka tak heran Teluk Bintuni pun memiliki sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya alam tersebut menjadi keistimewaan tersendiri. Salah satunya yaitu, kawasan hutan mangrove yang menjadi wilayah konservasi. Teluk Bintuni tidak hanya memiliki kekayaan alam pada permukaan bumi. Kekayaan alam di dalam perut bumi juga melimpah dengan berbagai potensi pertambangan seperti minyak, batu bara, dan emas.

Fakta lain tentang kekayaan alam Bintuni adalah tanah berlumpur yang kaya akan sumber daya alam material serta juga merupakan tanah yang juga sangat bersahabat dengan makhluk hidup selain manusia, yaitu tumbuhan. Subur adalah sebutan yang jarang ditemui di tanah Papua, akan tetapi kesuburan ditemukan di tanah di Bintuni. Perkebunan coklat yang dibangun pada tahun 1960 adalah bukti awal kesuburan tanah di Bintuni. Benih tanaman kelapa menyusul kemudian pada tahun 1960. Potensi pertanian lainnya yang cukup baik dan telah diusahakan dalam penanamannya, yaitu padi lading, jagung, kacang kedelai, ubi kayu, ubi jalar, keladi, kacang tanah, dan kacang hijau.