Gali Ulat Sagu A’la Suku Moi, Papua Barat
beritapapua.id - Memanggang ulat sagu untuk dikonsumsi. Sumber foto: Kanal YouTube Papuaislands.TV

Mengonsumsi ulat? Hal ini mungkin terdengar tak lazim bagi sebagian besar orang. Tetapi bagi orang di daerah Indonesia timur, terutama Maluku dan Papua maupun Papua Barat, ulat sagu merupakan jenis sumber makanan yang cukup digemari.

Konsumsi ulat, atau serangga kerap kita tonton dan kategorikan sebagai kuliner ekstrem. Tapi seperti kita ketahui, kultur budaya dan geografi dari suatu daerah akan sangat mempengaruhi kebiasaan masyarakatnya.

Ulat sagu adalah benih dari kumbang sagu yang mendiami batang pohon sagu yang telah lapuk, tua dan tumbang. Bagian dalam batang pohon yang dipenuhi dengan zat tepung menjadi makanan ulat-ulat sagu yang bisa mencapai ukuran 5 sentimeter. Ulat-ulat putih yang bertubuh gemuk dan kelihatan lucu ini mempunyai nama latin Rhynchophorus ferrugineus.

Baca Juga: Daniel Sinaga di Dunia Pendidikan, Bagi Distrik Kobakma, Papua

Nutrisi yang Terkandung dalam Kuliner Ekstrem Ini

Selain menjadi kudapan atau penganan khas, nutrisi yang terkandung di dalam ulat sagu mempunyai manfaat yang sangat baik bagi tubuh. Protein yang sangat tinggi, karbohidrat, asam lemak omega 3, 6 dan 9 serta asam amino, di dalam ulat sagu bisa membantu tubuh untuk juga melawan penyakit-penyakit tertentu.

Tingginya protein serta asam amino yang terkandung di dalam ulat ini, sangat baik untuk membangun otot sekaligus memperbaiki sel dan jaringan tubuh seperti tulang, otot dan kulit. Asam lemak omega 3, 6, dan 9 dipercaya dapat mengurangi peradangan, asma, rematik hingga mengurangi risiko Alzheimer.

Gali Ulat Sagu A’la Suku Moi, Papua Barat
beritapapua.id – Memanggang ulat sagu untuk dikonsumsi. Sumber foto: Kanal YouTube Papuaislands.TV

Lantas apa yang membedakan proses mencari yang dinamakan Gali Ulat Sagu Suku Moi, Sorong, Papua Barat dengan suku lainnya? Sebenarnya tidak terlalu ada perbedaan yang signifikan antara metoda gali ulat suku asli Sorong ini dengan suku yang lainnya. Hanya saja keunikan Suku Moi pada gali ulat sagu adalah dengan mencacah batang pohon sagu hingga menjadi serbuk-serbuk kayu.

Keunikan lain dari Suku Moi dalam mengonsumsi ulat sagu adalah dengan cara memanggangnya di atas bara api. Kudapan lezat yang biasanya dikonsumsi mentah ini bisa juga  dinikmati dengan berbagai cara.

Masih menganggap ulat ini adalah kuliner ekstrem? Kelaziman bagi beberapa orang bisa dianggap tak lazim bagi sebagian yang lainnya. Budaya dan kultur masing-masing suku ini lah yang membuat bangsa ini menjadi bangsa yang unik. Ulat sagu adalah satu di antara sekian banyak keunikan menjadi khazanah keunikan kuliner kita.