Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Provinsi Papua Barat saat ini sedang merevisi rencana induk pembangunan pariwisata daerah (Ripparda).

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Disparbud Papua Barat, Ruland Sarwom mengatakan, revisi dilakukan menyusul terbentuknya daerah otonomi baru (DOB) Provinsi Papua Barat Daya, hasil pemekaran Papua Barat.

Untuk itu, Disparbud Papua Barat telah menggandeng pihak Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk membantu proses kajian akademis.

Ruland Sarwom mengungkapkan, pihaknya juga telah bersafari ke Bali untuk menjajaki peluang kerja sama pengembangan pariwisata di Papua Barat.

“Dulu kita punya Raja Ampat yang sudah mendunia, sekarang setelah pisah (Papua Barat Daya), kita harus tunjukkan potensi wisata kita lainnya yang tidak kalah dengan Raja Ampat,” tutur Ruland Sarwom kepada wartawan di Manokwari, Sabtu (25/3/2023).

Lebih lanjut ia menjelaskan, perjalanan tim Disparbud Papua Barat ke Bali belum lama ini untuk menemui pihak terkait yang mengatur rute pelayaran kapal pesiar.

Sehingga, kata dia, ke depannya kapal pesiar yang memuat puluhan hingga ratusan turis manca negara, itu dapat berlayar dan mengunjungi beberapa destinasi wisata unggulan di Papua Barat.

Ruland Sarwom menyebut, jadwal kedatangan kapal pesiar akan disesuaikan dengan agenda rutin perhelatan festival budaya atau atraksi wisata lainnya di Papua Barat.

Dengan begitu, ucapnya, para wisatawan asing bisa menikmati paket wisata yang berkesan di Papua Barat dan tak sungkan mengeluarkan uang untuk menikmatinya.

“Kita bisa siapkan sentra UMKM saat kunjungan mereka, supaya turis-turis ini bisa membeli oleh-oleh di situ,” beber Ruland Sarwom.

Selain mengenai kapal pesiar, ia menuturkan, tim Disparbud Papua Barat juga menimba ilmu di Bali tentang seluk-beluk perhelatan kejuaraan selancar kelas nasional maupun internasional.

Ruland mengungkapkan, kejuaraan selancar (surfing) bakal menjadi agenda olahraga dan atraksi wisata rutin di Papua Barat.

Pasalnya, kejuaraan selancar internasional perdana diselenggarakan di Pantai Amban, Manokwari pada 27-28 Desember 2022, menurutnya berhasil membetot atensi para wisatawan.

Oleh sebab itu, Disparbud Papua Barat berniat mengulang kesuksesan yang sama pada kompetisi selancar internasional tahun ini dengan meminta petunjuk dari Persatuan Selancar Ombak Internasional (PSOI) Bali.

“Kualitas ombak Pantai Amban sudah diakui para atlet manca negara tak kalah bagus dengan di Bali. Makanya, ini yang sedang kita coba promosikan terus,” terang Ruland Sarwom.

Pemandangan Pantai Wondui yang memiliki bentangan pasir putih sepanjang 7 kilometer di Pulau Rumberpon, Papua Barat. (Dokumentasi Humas TNTC)

Di sisi lain, ia berharap pemerintah, pihak swasta dan masyarakat Papua Barat bersinergi membenahi kekurangan dalam perhelatan kejuaraan internasional seperti itu. Ia mengakui, salah satu kekurangan yakni akomodasi yang belum memadai.

Menurut dia, akomodasi para wisatawan menyangkut tempat tinggal yang dilengkapi dengan penerangan dan ketersediaan air bersih, serta dekat dengan lokasi acara.

Ruland menyebut, pihaknya akan melihat kekuatan anggaran pada 2023, jika mencukupi, maka akan disisihkan untuk pembangunan homestay di tepi Pantai Amban dan pusat destinasi wisata lain.

“Kalau sudah menyangkut aksesibilitas berarti mengenai jalan dan ini menjadi tanggung jawabnya PUPR,” tambahnya.

Ruland mengungkapkan, Disparbud Papua Barat memang bertugas mendesain peta jalan pengembangan pariwisata daerah. Tetapi, masyarakat tetap menjadi ujung tombak melalui perilaku sadar wisata.

Pada tahun ini, beriringan dengan Ripparda yang bakal rampung, ia berharap muncul lebih banyak kelompok sadar wisata (Pokdarwis) di Papua Barat.

“Pokdarwis ini adalah perpanjangan tangan pemerintah untuk mediasi dengan pemilik hak ulayat tanah dalam hal pengembangan pariwisata,” tandas Ruland Sarwom.