Dosa Ghibah
Hati-hati Dosa Ghibah Bisa Lebih Berat dari Zina

Dosa Ghibah Bisa Lebih Berat dari Zina – “Kamu tahu tidak? Saya lihat tadi si fulan melakukan hal yang memalukan!” ucap fulan.

Ungkapan tersebut kerap menjadi kalimat pembuka pembicaraan yang sangat menarik. Saking menariknya, tak sedikit orang yang mampu menolaknya. Kasarnya, ghibah selalu menjadi bahan pembicaraan yang tiada habis.

Namun, umat muslim sekalian harus berhati-hati bahwa ghibah termasuk dosa besar. Allah Ta’ala menyebut dosa ghibah dalam ayat berikut,

Baca juga: Apresiasi Presiden Pada Dokter di Hari Dokter Nasional

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيم

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang. Jangan pula menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurat: 12)

Dosa Ghibah

Apa itu ghibah? Dalam makna yang sempit, ghibah adalah membicarakan hal buruk soal orang lain. Makna hal buruk boleh jadi suatu hal yang tidak disukai dari orang tersebut. Misal, seseorang tidak suka dengan prestasi tetangganya lantas membicarakan hal tersebut.

Hal ini menjelaskan begitu bahayanya membicarakan orang lain. Bahkan dalam sebuah hadis, dosa ghibah bisa lebih berat daripada zina.

الْغِيبَةُ أَشَدُّ مِنَ الزِّنَا . قِيلَ: وَكَيْفَ؟ قَالَ: الرَّجُلُ يَزْنِي ثُمَّ يَتُوبُ، فَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِ، وَإِنَّ صَاحِبَ الْغِيبَةِ لَا يُغْفَرُ لَهُ حَتَّى يَغْفِرَ لَهُ صَاحِبُه

“Ghibah itu lebih berat dari zina. Seorang sahabat bertanya, ‘Bagaimana bisa?’ Rasulullah SAW menjelaskan, ‘Seorang laki-laki yang berzina lalu bertobat, maka Allah bisa langsung menerima tobatnya. Namun pelaku ghibah tidak akan diampuni sampai dimaafkan oleh orang yang dighibahnya” (HR At-Thabrani).

Ghibah yang Dibolehkan

Baca juga: Tolak Suntik Vaksin, Penjara dan Denda Siap Menanti

Dalam hadis lain, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan secara rinci apa itu ghibah. Dari Abu Hurairah mendengar Nabi bersabda,

َنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ ». قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ « ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ ». قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِى أَخِى مَا أَقُولُ قَالَ « إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّه

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bertanya, “Tahukah kamu, apa itu ghibah?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak ia sukai.” Seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah menurut engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang sesuai dengan yang saya ucapkan?” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata, “Apabila benar apa yang kamu bicarakan itu tentang dirinya, maka berarti kamu telah menggibahnya (menggunjingnya). Namun apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada padanya, maka berarti kamu telah menfitnahnya (menuduh tanpa bukti).” (HR. Muslim no. 2589, Bab Diharamkannya Ghibah)

Baik apa yang kamu bicarakan itu benar maupun salah, membicarakan orang lain tetap menjadi masalah. Namun, tahukah Anda ada ada bentuk ghibah yang boleh dalam Islam?

Dalam Syarh Shahih Muslim, ghibah masuk dalam kategori mubah atau boleh dalam beberapa kondisi.

Pertama, membicarakan perilaku maksiat soal orang lain dengan niat mengingatkan orang tersebut dan orang lain.

Kedua, meminta pendapat kepada seorang alim. Kerap kali, ketika kita memiliki masalah dengan orang lain, kita bercerita tentang keburukan tersebut dengan orang lain. Hal ini boleh, dengan syarat orang yang menjadi tempat mencari pendapat adalah orang yang paham agama.

Ketiga, mengadu tentang perbuatan zalim orang lain yang menimpa pribadi.

Itulah beberapa kondisi ghibah menjadi mubah. Semoga Allah menjauhkan kita dari perbuatan dosa besar dan mengampuninya.