Papua kaya akan budaya dan kearifan warganya. Masyarakat dunia mengenal mereka sebagai masyarakat yang menjaga hubungan baik dengan alam. Bahkan, dalam beberapa kepercayaan suku Papua, alam merupakan bagian dari diri mereka.

Bukti kedekatan masyarakat Papua dengan alam adalah tempat tinggal mereka. Selain karena bahan baku rumah mereka menggunakan bahan-bahan alami, rumah adat Papua tahan terhadap cuaca ekstrem. Beberapa rumah adat mampu menahan cuaca ekstrem pegunungan Papua yang dingin dan bagian pesisir yang panas.

Tak hanya itu, beberapa rumah adat Papua tahan dari bencana alam seperti gempa bumi. Beberapa lainnya yang memiliki panggung sebagai penyangga rumah mampu terhindar dari banjir.

Selain ramah lingkungan, rumah Adat Papua memiliki fungsi sosial. Mereka membagi rumah sesuai dengan fungsinya. Contohnya, Honai sebagai rumah laki-laki dan Ebai sebagai rumah perempuan.

Rumah beratap jerami yang berbentuk setengah lingkaran ini begitu ikonik. Honai merupakan rumah adat masyarakat Dani yang menghuni Lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya, Papua.

Lembah Baliem berada 1,600-1,700 m di atas permukaan laut. Tentu, cuaca dingin menyelimuti wilayah ini. Honai merupakan bentuk adaptasi masyarakat terhadap terpaan cuaca Lembah Baliem. Bentuk bulat dan ruang yang cukup sempit dari Honai memang berfungsi untuk menghangatkan ruangan.

Pembuatan rumah Honai pun tidak bisa sembarangan. Rumah Honai merupakan rumah yang khusus untuk laki-laki. Biasanya, Honai berfungsi untuk menyimpan hasil ladang dan pihak laki-laki untuk berjaga. Pintu Honai pun harus menghadap ke arah matahari terbit. Hal tersebut agar Honai dapat adaptif ketika terjadi bencana.