Hutan Sagu Huruwakha, Destinasi Ekowisata Di Jayapura – Huruwakha merupakan destinasi wisata hutan Sagu yang berlokasi di kampung Adat Yobeh, Sentani, Jayapura. Bertempat di pinggiran danau Sentani, antara pante Yahim dan kampung Sereh. Tempat ini dinilai merupakan salah satu hutan Sagu terindah yang ada di Papua. Ekowisata hutan sagu ini baru diresmikan pada 19 Agustus 2020 lalu oleh Bupati Jayapura Mathius Awoitauw.
Mengutip dari Antara, Magrit Linda Tokoro atau Mama Aline yang merupakan Ketua Kelompok Mama-mama Kampung Huruwakha mengatakan dirinya yang pertama mendapat ide untuk mengembangkan ekowisata di hutan sagu yang menjadi rumah sekaligus sumber penghasilan bagi Masyarakat Adat Kampung Yobeh.
Bagi Masyarakat Adat Kampung Yobeh sagu menjadi tanaman yang sangat berarti bagi kehidupan mereka. Mama-mama di Kampung Yobeh bercerita bahwa setiap bagian dari pohon sagu sangat bermanfaat. Bagian daun sagu mereka anyam untuk dijadikan atap, kulit pohonnya dijadikan lantai, batang pohon sagu dapat pula dijadikan tiang rumah, sedangkan pati sagu dan ulat sagu dijadikan sumber makanan mereka.
Untuk mengunjungi tempat wisata ini bisa dengan menggunakan kendaraan roda dua melalui Yobeh atau dengan kendaraan roda 4 melalui Yahim. Selain itu bisa juga dengan menggunakan speed boat melalui dermaga Yahim.
Baca Juga: Program Vaksinasi Covid-19 Dimulai Januari 2021
Pesona Wisata Hutan Sagu Huruwakha

Kini lokasi hutan sagu ini sudah menjadi salah satu tujuan wisata favorit di Sentani. Wisatawan disuguhkan kondisi hutan sagu Kampung Adat Yobeh serta bagaimana masyarakat membuat sagu. Mulai dari proses penebangan pohon, membelah batang sagu, menokoknya, memerasnya, hingga mengendapkannya untuk mendapatkan patinya, sampai akhirnya memperoleh sagu basah.
Bagi masyarakat di Kampung Adat Yobeh hutan sagu ini dapat memberikan manfaat jasa lingkungan melalui ekowisata sehingga mampu menjadi sumber ekonomi baru untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang hidupnya bergantung pada sagu.
Untuk masuk ke kawasan wisata ini, wisatawan hanya perlu membayar Rp10.000 per orang dan dapat merasakan berjalan di antara rindangnya pohon sagu dan menikmati pemandangan Danau Sentani. Selain itu, wisatawan juga dapat merasakan sensasi menikmati masakan khas masyarakat Papua. Langsung di tengah kawasan Hutan Sagu Huruwakha yang masih asri, sambil memandang Danau Sentani. Papeda dari sagu segar diolah menjadi menu papeda kuah kuning ini dibanderol seharga Rp35.000 per porsi.
Masyarakat di Kampung Adat Yobeh biasanya juga menjual tepung sagu basah seharga Rp250.000 sampai dengan Rp300.000 per karung. Yang mana untuk satu pohon sagu dapat menghasilkan enam sampai dengan tujuh karung tepung sagu basah. Yang memakan proses pengolahan selama dua hingga tiga hari, tergantung pada alat dan jumlah pekerja.