Masyarakat Papua pada umumnya dan Bintuni pada khususnya memiliki nilai-nilai sosial yang dijunjung tinggi secara turun temurun. Sebelum bertemu dengan modernitas yang perlahan merasuki kehidupan mereka. Masyarakat Papua melihat hidup dengan cara yang sederhana dan diikat oleh semangat spiritualitas beragama yang mereka yakini bersumber pada warisan leluhur. Hal ini menjadikan sebuah kondisi di mana bapa, mama, anak, ade, ipar, mertua tinggal bersama. Ditambah dengan acara adat yang melibatkan seluruh keluarga besar dengan biaya yang besar juga. Namun realitas sosial dan budaya bukan tentang hitung-hitungan matematis, tetapi bagaimana mereka menjaga tradisi yang sudah dijalani bertahun-tahun dan mengakar menjadi identitas mereka.
Cara hidup berkelompok, saling bekerja sama dan bergotong royong merupakan cara hidup yang terus mereka jaga kebersamaannya. Hal ini terlihat tidak saja ketika mereka menjalankan prosesi adat atau keagamaan namun juga dalam kehidupan sehari-hari untuk bertahan hidup. Kesamaan identitas marga dan suku ini menandai ikatan status bersaudara dan keluarga besar yang hidup bersama-sama setiap harinya. Kumpulan para ibu kampung yang berdekatan biasanya dengan merajut noken di tangan juga mengisi potret kehidupan sore di wilayah tersebut. Begitu pun dengan anak-anak yang saling bergerombol lantas bermain di hutan atau di laut bersama. Kegiatan mereka seringkali berupa berburu, menjelajah hutan untuk mencari ulat sagu atau kayu bakar, atau bahkan sampai membangun rumah pohon untuk mereka gunakan Bersama-sama. Kebersamaan itu telah diwariskan dan ditanamkan mulai dari mereka kecil dan sebuah budaya yang mereka hidup di dalamnya dengan suka cita.
Baca Juga: Daerah Transisi yang Bertumbuh di Papua Barat
Hubungan Sesama Masyarakat Papua
Saling bersaudara dan satu keluarga adalah jawaban yang sering mereka lontarkan apabila menjawab pertanyaan tentang hubungan mereka satu dengan yang lainnya. Keakraban masyarakat Papua tersebut juga terlihat di dalam kehidupan keseharian mereka dalam menjalankan kegiatan bersama.
Kehidupan yang tradisional ditandai ikatan-ikatan adat yang masih kental sebelum mereka bermukim di daerah pegunungan terus mengalami perubahan. Kuatnya kepercayaan akan agama asli, kekurangpedulian terhadap perubahan atau modernitas terutama pendidikan adalah ciri khas hidup mereka di daerah pegunungan. Pada saat itu masyarakat Papua hidup untuk menghidupi diri dan kelompok mereka tanpa mencari keuntungan apapun.