
Konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina semakin memanas. Rusia juga kembali melanjutkan agresi militernya selama akhir pekan dan mengepung kota Kyiv. Vladimir Putin selaku Presiden Rusia, memerintahkan pasukannya untuk tetap berada dalam mode siaga tinggi. Hal tersebut dilakukan untuk menanggapi reaksi Internasional terhadap Invansi yang dilakukan oleh negara di bawah kepemimpinannya tersebut.
Akibat Invasi Rusia terhadap Ukraina, berbagai negara memberikan sanksi kepada Rusia, salah satunya adalah berupaya menendang Rusia dari jejaring informasi perbankan internasional yang dikenal sebagai SWIFT. Hal itu diperuntukan agar Rusia mengalami kesulitan untuk mengakses pasar keuangan global. Selain itu, invasi tersebut tentunya juga mempengaruhi harga minyak dunia yang semakin melonjak.
Harga Minyak Mentah Semakin Melonjak
Pada tanggal 1 Maret 2022 pukul 5.18 WIB, harga minyak jenis Brent naik 0.19% menjadi US$ 98.27 per barel, jika dibandingkan dengan perdagangan di hari sebelumnya. Tidak berhenti di situ, di hari yang sama, harga minyak jenis Brent tersebut naik kembali menjadi US$ 100,99 per barel pada pukul 8.15 WIB.
Baca Juga: Tiga Hari Terakhir, Kasus Covid-19 di Kota Jayapura Mulai Menurun
Mengutip dari databoks, Perdagangan minyak jenis Brent, hari ini diperkirakan bergerak di kisaran terendah US$ 98,03 per barel dan tertinggi US$ 98,29 per barel. Sementara itu untuk minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan pada harga US$ 95,84 per barel, naik 4%.
Tentang SWIFT
SWIFT merupakan singkatan dari Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication, yang merupakan sebuah platform jejaring sosial bagi bank-bank di dunia. Lewat platform tersebut, bank-bank du dunia yang tergabung di dalamnya dapat bertukar informasi tentang pergerakan uang.
Mengutip dari CNB Indonesia, SWIFT kini sudah mengkoneksikan lebih dari 11 ribu institusi keuangan terhadap 200 negara lebih. Sehingga transaksi keuangan antar negara dapat dilaksanakan.
Dampak yang akan dirasakan oleh Rusia nantinya ketika banknya tidak lagi tergabung dalam SWIFT adalah akan sulitnya ekspor migas dunia. Sehingga keuangan dalam pemerintahnya akan mengalami kesulitan.