Kampung Masina Bukan Tempat Karantina Positif Covid-19
beritapapua.id - Kampung Masina Bukan Tempat Karantina Positif Covid-19 - KlikPapua

Kampung Masina Bukan Tempat Karantina Positif Covid-19 – Bila karantina wilayah diterapkan, angka kematian kasus positif Covid-19 diprediksi bakal rendah. Ternyata strategi untuk menanggulangi virus Corona ini punya risiko. Angka kematian memang bisa ditekan dengan karantina wilayah, namun Covid-19 gelombang kedua, ketiga, dan seterusnya bakal muncul lagi.

Dalam skenario tanpa intervensi, jumlah kematian akan sangat tinggi, yakni 2,6 juta orang meninggal dunia akibat Covid-19. Indonesia bakal butuh 6 juta ruang perawatan intensif (ICU). Durasi epidemi berlangsung lebih singkat ketimbang jenis intervensi lainnya.

Bila dibiarkan begitu saja, epidemi Covid-19 akan berlangsung 4-5 bulan saja. Karena dibiarkan begitu saja, maka Covid-19 akan menjangkiti banyak orang, diprediksi 55 juta akan kena virus itu. Semakin banyak orang yang terjangkit, bakal semakin banyak korban jiwa, namun semakin banyak pula orang yang kebal terhadap SARS-CoV-2. Kekebalan kelompok (herd immunity) terbentuk. Maka Covid-19 gelombang kedua tak akan datang ke masyarakat kebal ini.

Bupati Teluk Bintuni, Petrus Kasihiw menegaskan bahwa  Kampung Masina, bukan sebagai tempat karantina orang yang positif Virus Corona atau Covid -19.

“Kampung Masina yang saat ini disediakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Bintuni bukan untuk karantina atau merawat pasien yang sudah positif covid-19. Pasien yang positif kita rawat di RSUD,” kata Bupati Petrus Kasihiw di Bintuni, Sabtu (11/4/2020).

Baca Juga: Paket Sembako Mulai Dibagikan Pemkab Teluk Bintuni Untuk Masyarakat

Kampung Masina untuk Karantina Orang dengan Gejala Covid-19

Bupati mengatakan lokasi di Kampung Masina disiapkan untuk karantina orang yang baru ada tanda-tanda atau gejala Covid-19, yang bandel tidak disiplin menjalankan isolasi mandiri di rumah. “Di sana kan alamnya luas, jadi mereka bisa keluar menghirup udara segar sehingga bisa membantu penyembuhan mereka,” tegas Bupati.

Menurutnya apa yang dilakukan oleh satgas ini merupakan suatu penanganan terhadap terhadap orang yang gejala Covid-19. Apabila lokasi tersebut masih juga ditolak warga, pemda siap mencari tempat lain. “6 orang ini kalau di karantina mandiri di rumah akan berisiko menularkan ke keluarga dan lain-lain, makanya satgas sudah menyiapkan tempat karantina, tetapi ditolak warga,” ujarnya.

Kasihiw juga menegaskan bahwa 6 orang OTG (Orang Tanpa Gejala) ini masih dicurigai Covid-19. Karena Rapid Test (tes cepat) merupakan alat deteksi cepat dan bukan jadi jaminan bahwa, orang tersebut sudah positif.

“Pemeriksaan Rapid Test atau tes kilat Virus Corona, bukan hasil final suatu pemeriksaan. Hasil dari Rapid Test tak berarti yang bersangkutan dipastikan terpapar Corona. Rapid test adalah test screening. Bila hasilnya positif maka perlu di tes atau konfirmasi lagi dengan tes PCR (laboratorium) lagi,” pungkasnya.