Kehidupan Papua dan alam tidak dapat dipisahkan. Basis perekonomian masyarakat Papua secara keseluruhan sangatlah berhubungan dan bertumpu pada tanah, yaitu di bidang pertanian dan kehutanan. Melalui usaha-usaha di bidang tersebut, masyarakat di wilayah ini dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Bagi masyarakat lokal di kampung-kampung, pertanian sejatinya memang menjadi nafas bagi aktualitas diri mereka. Terlebih hubungan mereka dengan alam sudah menjadi sesuatu yang mengalir dalam diri mereka sejak lahir, dengan keyakinan adat istiadat dan keyakinan mereka terhadap ibu bumi.
Kekuatan yang bersumber dari kearifan dan keluhuran di dalam rumah-rumah kayu yang mengelompok, di ladang-ladang tanaman pangan, di jalan setapak basah berlumpur menembus hutan, dan di semak belukar yang menjadi taman bermain sekaligus sekolah bagi anak-anak Papua. Kearifan dan keluhuran itu bernama pengetahuan lokal, yang setiap harinya berperan menuntun masyarakat untuk bergerak lebih, berkarya lebih, mencipta lebih, dan belajar lebih.
Baca Juga: Tradisi Perang Antar Suku di Lembah Baliem
Pandangan Masyarakat Papua
Salah satu bentuk pengetahuan lokal yang membentuk keluhuran dan kearifan hidup itu adalah sikap dasar masyarakat untuk menghormati alam. Hal tersebut tentu saja melampaui cara penghormatan mereka antara saudaranya sesama manusia. Mereka berpandangan bahwa alam semesta dengan segala isinya dipahami sebagai sesuatu yang memiliki nilai, sebagai jiwa yang harus dimuliakan selayaknya manusia-manusia hidup. Bahwa setiap makhluk yang hadir di alam merupakan suatu organisme yang erat terkait satu sama lain dan dengan keseluruhan alam semesta.
Mereka menolak pandangan dualistis (memisahkan manusia dan alam) yang cenderung bersifat eksploitatif terhadap alam. Sifat tamak manusia-manusia yang tidak pernah merasa cukup, dan selalu berbangga hati sebagai makhluk paling cerdas dan seringkali berakhir merusak. Suatu pandangan yang hari ini telah mengakibatkan pengurasan sumber daya alam, serta pengotoran dan perusakan lingkungan. Sebaliknya, baik manusia dan alam merupakan suatu serikat satuan aktual (society of actual entities) yang berkutub dua, atau bersifat bipolar (kutub fisik dan mental). Semesta adalah entitas terbesar hasil ciptaan Tuhan di alam. Manusia sebagai sebuah bagian kecil di dalamnya, berkewajiban untuk terus merajut keluhuran dan kearifan yang dihadiahkan oleh Tuhan. Karena kebaikan dan keindahan hidup manusia, bergantung pada kebaikan dan keindahan semesta alam serta hubungan kita terhadapnya.