Kemilau butiran salju putih mulai menguning kala sinar matahari menyentuhnya. Bagai sebuah dongeng, salju di wilayah khatulistiwa bukanlah hal yang biasa. Namun tidak bagi Carstenz. Gunung dengan ketinggian 4.884 mdpl itu memiliki salju abadi. Pada masanya, hampir 5 persen cadangan es di dunia terdapat di Puncak Jayawijaya.

Sebelum Raja Ampat menjadi buah bibir para pelancong, Puncak Carstenz lebih dahulu kesohor ke seluruh penjuru dunia. Ia disebut saya sebagai 7 puncak tertinggi dunia yang ada di 7 benua. Begitu terkenal, Puncak Gunung Jayawijaya ini menjadi impian bagi para pendaki gunung, baik dari dalam negeri maupun mancanegara.

Tim pertama yang sanggup menaklukkan Puncak Carstenz adalah Tim yang dipimpin oleh Heinrich Harrer, seorang pendaki ulung asal Austria pada tahun 1962. Dua tahun berselang, yakni pada tahun 1964, tim ekspedisi dalam negeri menyusul jejak Harrer, yakni tim yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Azwar Hamid. Menyandang status puncak tertinggi, tentu menaklukkan Carstenz bukanlah hal yang enteng.

Soal penamaan Puncak Gunung Jayawijaya ini diambil dari petualang asal Belanda, Jan Carstenz. Kala ia sedang melakukan ekspedisi di Papua pada tahun 1632, melalui perahunya, ia melihat puncak gunung yang diselimuti hamparan salju putih di tengah hutan tropis. Kehadiran salju di wilayah garis khatulistiwa pada saat itu merupakan hal yang sangat tidak lazim. Bahkan mustahil.