Kunci Keberhasilan Adalah Menjadi Orang Sabar
Kunci Keberhasilan Adalah Menjadi Orang Sabar

Kunci Keberhasilan Adalah Menjadi Orang Sabar – Menemui sebuah masalah atau peristiwa yang tidak menyenangkan dalam hidup adalah sebuah keniscayaan. Kedua hal ini akan terus datang dalam rentang waktu yang tidak dapat kita tentukan atau prediksi maupun dihindari. Namun hadirnya kedua unsur dalam hidup ini, bukanlah menjadi faktor yang dapat menentukan kebahagiaan diri. Bagaimana kita menyikapi sebuah permasalahan menjadi kunci untuk menentukan langkah ke depan dengan segala akibatnya.

Respon kita dalam menghadapi sebuah peristiwa merupakan pertahanan psikologis yang bisa diluapkan dengan bermacam tindakan. Tingkat emosi dan ego dari individu memainkan peranan penting dalam hal ini. Respon yang terjadi bisa mempengaruhi hasil akhir ke depannya.

Sigmund Freud dalam Gladding (2012) melakukan identifikasi berbagai respon pertahanan psikologis ini dan mengklasifikannya dalam tujuh tindakan yang negatif. Tujuh tindakan tersebut antara lain:

  1. Melakukan penyangkalan terhadap sebuah persitiwa traumatik dengan cara menganggap masalah tersebut sebagai bukan sebuah masalah.
  2. Bertindak kekanak-kanakan, menyalahkan orang lain atas masalah yang terjadi.
  3. Melampiaskan kekesalan terhadap permasalahan tersebut terhadap orang yang lebih lemah dengan cara kekerasan.

Kunci Keberhasilan Sabar Adalah Tangguh

Baca juga: Sabar Sebagai Kunci Kebahagiaan Dunia dan Akhirat

Jika respon kita terhadap sebuah permasalahan adalah dengan melakukan pertahanan psikologis yang negatif, maka justru masalah atau peristiwa tersebut, tidak akan pernah selesai. Justru bisa menimbulkan masalah, jika emosi yang meluap berujung pada sebuah tindak pidana, dengan sanksi penjara.

Melakukan kontrol dan kemampuan untuk mengelola emosi secara sehat merupakan bentuk kesabaran yang bisa mengeluarkan seseorang dari sebuah permasalahan atau peristiwa yang tidak mengenakkan.

Emosi yang terkelola dengan baik merupakan ciri dari individu yang bisa bertahan dalam segala permasalahan. Mereka memandang permasalahan atau peristiwa yang tidak mengenakkan sebagai sebuah pelajaran yang menguntungkan.

Lawrence Albert Siebert (2004), seorang pengajar dan peneliti serta penulis buku mengidentifikasi orang-orang dengan tingkat pengelolaan emosi yang baik, adalah individu yang resilien. Resilien merupakan respon positif dari bentuk pertahanan psikologis, yang menurut Al Siebert tak hanya mampu membawa individu keluar dari sebuah permasalahan namun juga bisa menjadi sebuah keuntungan tersendiri.

Contohnya pada saat pandemi ini, mereka dengan resiliensi yang tinggi adalah mereka yang mampu bertahan dan cepat keluar dari krisis ekonomi. Menemukan solusi dari sebuah keterpurukan yang tidak berlarut niscaya lebih positif daripada merenung dan menyalahkan orang lain terutama pemerintah atas pandemi yang tak kunjung usai ini.

Sumber: Ilmu Dakwah Academic Journal for Homiletic Studies. Vol 6. – 2012.