LIPI Kembangkan Masker Serat Tembaga untuk Tangkal Covid-19
beritapapua.id - LIPI Kembangkan Masker Serat Tembaga untuk Tangkal Covid-19 - AntaraNews

LIPI Kembangkan Masker Serat Tembaga untuk Tangkal Covid-19 – Masker merupakan salah satu upaya untuk menangkal penyebaran virus corona. Kendati demikian, masker kain juga punya risiko. Penelitian mengungkapkan bahwa SARS-CoV-2 atau Covid-19 dapat bertahan pada sejumlah medium. Pada medium plastik saja, Covid-19 dapat bertahan hingga 2 hari. Sedangkan pada kain tak jauh berbeda dengan permukaan logam, yakni 10 hingga 12 jam.

Untuk menanggulangi hal tersebut, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan penelitian. Berdasarkan hasilnya, virus corona tidak bertahan lama pada permukaan tembaga. Mereka mengembangkan masker kain disinfektor berbasis lapisan tembaga yang mampu mematikan virus corona lebih cepat.

“Masker disinfektor ini dirancang dengan metode sederhana dan biaya terjangkau, serta menggunakan bahan baku yang mudah didapat di dalam negeri, sehingga dapat difabrikasi secara cepat dan praktis,” kata peneliti Deni Shidqi Khaerudini dari Pusat Penelitian Fisika LIPI dalam webinar “Talk to Scientists: Riset Kimia dan Fisika LIPI Antisipasi Covid-19”, Jakarta, Kamis (04/06) 2020.

Masker tersebut dibuat dari kain katun dan pelapis inovatif berupa lapisan serat tembaga (Cu). Lapisan itu disebut dinilai memiliki kemampuan untuk merusak bakteri maupun virus manakala menyentuh tembaga tersebut. LIPI menyebutnya dengan contact killer.

Selain menangkal virus dan bakteri, masker dengan lapisan serat tembaga juga mampu menangkal radikal bebas. Bahkan, ini bukan masker sekali pakai. Masker ini dapat dicuci dan digunakan berkali-kali. Terobosan ini menjadi angin segar bagi masyarakat Indonesia dalam perang melawan corona.

Baca Juga: Sempat Ditunda, Mission Impossible 7 akan Syuting Kembali

Mengungkap Kelemahan Covid-19 Melalui Selembar Lapisan Tembaga

Kajian ilmiah telah mengungkap manfaat tembaga (Cu). Sejak zaman Yunani Kuno, tembaga digunakan sebagai antimicrobial agent atau kemampuan untuk membunuh kuman. Oleh karenanya, dahulu kala tembaga kerap digunakan untuk perawatan luka atau sterilisasi air.

Penelitian terus dilakukan dengan memadukan tembaga dengan zat lainnya. Hingga tahun 2011, tercatat 300 rumus perpaduan tembaga dengan zat lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai agen antimikroba.

Studi terbaru soal Covid-19 mengatakan bahwa Cu atau tembaga mampu merusak virus corona. Semakin tinggi kandungan Cu, maka semakin cepat pula virus tersebut rusak. Ini yang kemudian diaplikasikan dalam masker lapis tembaga.

Menurut hasil pengamatan LIPI, masker kain memiliki 30 persen peluang virus corona untuk menembusnya. Ini tandanya, masker kain saja tidak cukup. Dibutuhkan lapisan yang tak hanya menghalangi virus, namun merusak virusnya. Hal itu merupakan tugas dari lapisan tembaga.

Lapisan yang terbuat dari tembaga itu memiliki pori yang lebih kecil dari pada lapisan kain. Ini membuat virus corona sulit untuk menembusnya. Meski memiliki pori yang rapat, namun lapisan tersebut masih dapat digunakan untuk bernafas.

“Dengan tembaga secara fisik pori-pori mengecil lebih tertutup, tapi tidak tertutup sempurna, tentu kita harus memberi ruang untuk bernafas tapi lapisan aktif tetap tertempel dengan baik,” papar Deni Shidqi Khaerudini dari Pusat Penelitian Fisika LIPI.

LIP akan terus melakukan penelitian terhadap masker tersebut. Hal ini dilakukan agar masker tersebut dapat menjadi senjata pencegahan yang efektif melawan virus corona.