Koteka merupakan pakaian tradisional, yang digunakan sebagai penutup alat kelamin pria di Papua. Koteka terbuat dari buah labu yang berbentuk panjang. Buah koteka yang sudah tua dijadikan koteka dengan cara dijemur diatas perapian atau dibawah sinar matahari. Namun, selain dibuat untuk koteka, Suku Dani di Kampung Parema, memanfaatkan buah labu muda untuk obat tradisional penyakit tipes.
Tetapi tak semua orang papua mengenakan koteka yang terbuat dari labu. Karena satu dan lain hal, mereka menggantinya menggunakan bahan lain untuk menutupi alat kelaminnya, salah satunya dengan kulit kayu.
“Dalam budayanya suku-suku pesisir Papua, baik di pesisir utara, pesisir selatan, pesisir Kepala Burung atau suku-suku yang tinggal di pulau lepas pantai Papua, mereka tidak mengenakan koteka tetapi mereka mengenakan kulit kayu,” kata Peneliti Balai Arkeologi Papua Hari Suroto.
Namun saat ini penggunaan koteka terancam punah. Sebab generasi milenial Papua, khususnya di lembah Baliem atau Wamena, tampaknya sudah meninggalkan pakaian tradisional khas tersebut.
Saat ini koteka hanya dipakai pada saat Festival Budaya Lembah Baliem, atraksi kunjungan turis atau pada acara adat lainnya. Untuk kehidupan sehari-hari mereka sudah mengenakan pakaian modern.
Pria Papua yang masih menggunakan Koteka hanya di suku-suku pedalaman. Misalnya, di wilayah Suku Mee dan Moni, Suku Lani, Suku Dani, Suku Katengban, serta Suku Ngalum. Meskipun sudah jarang di pakai, namun koteka masih tetap di perjualbelikan sebagai souvenir khas Papua.
Kalau singgah ke Sorong setelah pelesir ke Raja Ampat, kamu juga bisa mencari koteka di Pegunungan Arfak. Jangan tertipu, Pegunungan Arfak merupakan salah satu toko suvenir khas Papua yang terkemuka di Sorong.