Mitologi Penciptaan Dunia oleh Masyarakat Arso Papua
Beritapapua.id - Mitologi Penciptaan Dunia oleh Masyarakat Arso Papua - Rasiaziza

Mitologi Penciptaan Dunia oleh Masyarakat Arso Papua – Sudah menjadi sebuah ciri umum bagi orang timur, khususnya Papua, sebagai manusia yang sangat menjaga alam. Kearifan ini merupakan salah satu aspek dari masyarakat Papua yang bahkan dunia kagum terhadapnya.

Bayangkan, hingga saat ini, dunia masih menyebut Papua sebagai irisan surga yang jatuh ke dunia. Bagaimana tidak? Lanskap surgawi tersebar dari ujung kepala burung hingga ekor. Mulai dari pantai berpasir putih dengan hamparan laut biru, hutan mangrove terbesar kedua dunia, hingga puncak tertinggi di Indonesia.

Belum seberapa, Puncak Jaya, Papua merupakan satu-satunya tempat bersalju dalam kepulauan Asia Tenggara. Belum lagi burung surgawi atau burung cendrawasih yang terkenal dari Papua.

Keindahan alam yang terjaga tentu tidak lepas dari peran masyarakatnya yang arif. Makna arif, adalah kemampuan mereka dalam menaati adat serta budaya mereka dalam menjaga alam. Salah satunya masyarakat Arso, Jayawijaya, Papua, yang menganggap manusia adalah bagian dari bumi.

Ini adalah kisah masyarakat Arso. Mereka yang percaya bahwa bumi dan alam adalah bagian dari mereka.

Baca Juga: Kementerian Sosial Salurkan Beras Ke Mimika

Kedamaian Dunia Ini Berubah Karena Ulah Manusia

Masyarakat Arso adalah sekelompok manusia yang mendiami Papua, tepatnya dekat dengan Jayapura. Mereka percaya bahwa dalam proses penciptaan manusia, Sang Pencipta menciptakan dunia yang damai dan tentram.

Masyarakat Arso percaya, penciptaan dunia terjadi dua kali. Dalam penciptaan pertama, dunia merupakan tempat yang damai dan penuh dengan kesejahteraan. Kehidupan pertama dalam masyarakat Arso tiada beda dengan kehidupan manusia yang kita ketahui.

Manusia dapat saling bertegur sapa, berinteraksi, bersosialisasi dan berbudaya. Namun dalam penciptaan pertama, manusia dapat berhubungan dengan Kwembo-Sang Pencipta. Mereka hidup damai bersama alam.

Adalah ulah tangan manusia jahil dan nakal yang membuat alam rusak. Keserakahan mereka membuat keseimbangan alam tak keruan. Hal ini membuat Kwembo marah dan mengirim air bah yang menenggelamkan mereka semua. Kala itu, hanya sedikit dari manusia yang selamat.

Kwembo mengirim seorang utusan, yakni Yonggwai, untuk menata kembali dunia. Turunya Yongwai merupakan tahap penciptaan dunia yang kedua. Sang Pencipta memerintahkan manusia yang tersisa untuk membangun kembali kehidupan yang damai. Untuk itu, mereka memerlukan alam sebagai penopang hidup mereka.

Mereka percaya bahwa manusia adalah bagian dari Kwembo. Manusia adalah bagian dari alam. Mereka percaya bahwa ketika mereka melukai alam, artinya mereka melukai diri sendiri. Ketika mereka memotong pohon, itu seperti memotong tubuh sendiri. Oleh karenanya, mereka tidak sembarangan menggarap alam.