Tim Khusus Rajawali Polres Merauke melakukan operasi suvenir noken bermotif mirip Bintang Kejora di beberapa tempat di Kota Merauke, Papua, Selasa (16/3/2021). Mulai dari depan Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) hingga sejumlah titik lain di sekitar Pasar Baru, Kelurahan Mandala.
Dalam operasi oleh tim khusus itu, Tim menyita tiga noken bermotif mirip Bintang Kejora. Saat tim berpapasan dengan seorang ibu yang menggunakan tas bermotif mirip Bintang Kejora, Timsus memberhentikan dan mengamankan noken milik ibu tersebut. Selanjutnya membawa empat noken bermotif mirip Bintang Kejora tersebut ke Polres Merauke.
Ketua Timsus Rajawali Polres Merauke mengatakan, ia bersama beberapa anggota tim, mengamankan noken bermotif Bintang Kejora dari beberapa tempat.
Tempat noken bermotif Bintang Kejora sendiri penjualnya adalah mama Papua sedang berjualan berbagai jenis suvenir noken.
Ia juga mengatakan mengamankan noken yang ia temukan di Pasar Baru dengan tulisan sama.
Dari situ, anggota bergerak menuju ke arah Kuda Mati dan menemukan dari salah seorang wanita yang sedang memakai tas Papua bermotif mirip Bintang Kejora. Anggota pun berhenti dan mengambilnya.
Memberikan Pemahaman Kepada Para Pejual
Ketua Timsus Rajawali Polres Merauke mengatakan, bahwa noken-noken dengan motif Bintang Kejora akan ia amankan dan bawa ke Polres Marauke. Dan ia juga hanya memberikan pemahaman kepada para pemiliknya. Ia mengatakan untuk tidak menjual noken tersebut bersamaan dengan noken lainnya, karena melanggar aturan hukum.
Menanggapi itu, salah seorang Rohaniawan Katolik, Pastor Pius Manu,Pr mengatakan, jika tugas kedinasan aparat Kepolisian untuk meminimalisir paham separatisme, ia persilahkan.
“Bagi saya sebagai warga Merauke, sepertinya ini baru pertama kali dilakukan operasi penertiban noken-noken bermotif Bintang Kejora yang dijual mama-mama Papua. Dengan begitu, saya bisa mengatakan bahwa noken juga sebagai sesuatu yang sangat ditakuti,” katanya.
Baca Juga : Cicilan Kendaraan Tidak Boleh Ditarik, Meski Tak Mampu Bayar
Pastur Pius Manu juga mengatakan bahwa sejumlah daerah di Papua termasuk di Jayapura, sering melakukan operasi bersih tas Papua yang bermotif Bintang Kejora. Tetapi setelah mengamankan noken tersebut, tetap ada orang yang membuatnya lagi. Jadi bukan berarti melakukan penyitaan ini, lalu menghilang begitu saja.
“Sebagai Tokoh Agama Katolik, saya mempertanyakan apakah dengan cara begini telah mendidik?” katanya.
Menghilangkan Noken Motif Bintang Kejora Sangat Sulit
Ia mengingatkan bahwa untuk menghilangkan Tas Papua motif Bintang Kejora, sangat sulit, karena tas dengan motif ini adalah suvenir. Noken dengan motif Bintang Kejora merupakan kerajinan tangan yang tinggi permintaannya sebagai suvenir dan merupakan karya seni mama-mama Papua. Seni kerajinan noken sudah mengakar selama ratusan tahun di Tanah Papua.
“Memang dulu waktu masih anak-anak hingga menjadi mahasiswa di STFT Jayapura, (noken motif bintang Kejora) sangat langka dan jarang terlihat. Tetapi sekarang, Bintang Kejora ada dimana-mana, entah melalui tulisan pada noken, baju sampai gelangpun ada” ujarnya.
“Kita lihat di mana-mana ada aksi demonstrasi di Jakarta dan sejumlah tempat lain, Bendera Bintang Kejora dapat dibawa. Tetapi di Papua, noken dengan motif BK dilarang. Bagi saya itu tak logis. Tapi kalau merupakan tugas kepolisian menyita, silahkan saja,” tambahnya.
“Noken dan gelang tangan maupun baju dengan motif Bintang Kejora yang orang Papua kenakan, tak mungkin hilang, karena bagi orang Papua merupakan identitas” tambahnya.
Jadi mau bagaimana lagi. Silahkan orang boleh bilang separatis, namun OAP bilang itu di tanah kami dan bukan pergi memamerkan di daerah lain,” ungkapnya.