Onesimus Aluwa, Putra Asal Papua yang Raih Beasiswa Magister di Rusia
beritapapua.id - Onesimus Aluwa, Putra Asal Papua yang Raih Beasiswa Magister di Rusia - Fortuner

“Tidak apa-apa, Kakak. Di Wamena dingin juga, tapi di Moskow memang terlalu dingin,” ungkap Onesimus Aluwa.

Pemuda asal Yalmabi, Wamena, Papua, ini berhasil meraih beasiswa magister bidang pedagogi di kampus pencetak guru terbesar di Rusia, Moscow State Pedagogical University. Ones, begitulah panggilannya. Onesimus Aluwa harus takluk dengan dinginnya Moskow kala tiba pertama kali di sana. Menurutnya, Moskow lebih dingin dari Wamena.

Yalmabi, desa tempat kelahiran ones berjarak 1 hari berjalan kaki dari Kabupaten Yahukimo, Wamena. Ones harus menembus hutan dan bukit untuk pergi ke Yahukimo. Di sana, ia menempuh pendidikan hingga lulus sarjana Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Kristen, Wamena. September 2019, ia lolos seleksi beasiswa ke Rusia setelah menunggu sejak tahun 2018.

Jangankan, Moskow, Jayapura pun belum pernah ia satroni. Ones menghabiskan masa mudanya belajar di Wamena. Sejak lulus SD di Yalmabi, ia hijrah ke Kabupaten Yahukimo untuk melanjutkan pendidikannya. Kakaknya membujuk orang tua Ones agar mengizinkannya meneruskan pendidikan di Yahukimo. Bahkan, kakaknya turut membiayai Ones belajar di sana dari SMP hingga kuliah semester 3, hingga akhirnya ia dapat menyelesaikan hingga sarjana.

“Kami ada tujuh bersaudara, tapi yang masih ada tiga. Dua kakak perempuan dan dua kakak laki-laki sudah meninggal. Kalau Mama [meninggal] tanggal dua September tahun ini,” ucap ones.

Ones membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah alasan. Kabupaten Yahukimo merupakan satu dari 10 kabupaten dengan Indeks Pembangunan Manusia terendah di Indonesia. Melalui kisah hidup masa kecilnya, ia bercita-cita untuk memajukan pendidikan di kampung halamannya.

Baca Juga: Program Kartu Pra Kerja oleh Pemerintah

Pesan Ones untuk Pendidikan di Indonesia

Mengingat kondisi pendidikan di kampungnya, Ones khawatir. Akses yang sulit menuju tempat kelahirannya itu membuat fasilitas pendidikan begitu minim. Salah satu yang ia soroti adalah perpustakaan. Menurutnya, kehadiran perpustakaan sangat membantu siswa untuk mempelajari materi lebih dalam. Ia ingat dahulu ia hanya bisa belajar dari buku catatan sepulang dari sekolah. Itu salah satu penyebab sulitnya siswa Papua berkembang.

“Di sana tidak ada perpustakaan. Di sekolah biasa guru mengajar, setelah itu anak-anak belajar di rumah lewat buku catat,” ungkapnya.

Melalui beberapa kesempatan, Ones ingin menyampaikan pesan pada dunia pendidikan di Indonesia. Menurutnya, kurikulum di pendidikan perlu disesuaikan dengan konteks suatu wilayah, salah satu yang ia soroti adalah buku. Ia kerap menjumpai anak-anak yang tak paham dengan contoh yang diberikan dalam buku.

“Macam contohnya begini, ada kalimat ibu pergi naik kereta. Di Papua tidak ada kereta, anak-anak bingung dan guru tidak mengerti juga. Kalau bisa, saya tidak tahu apa ada rencana bikin kurikulum baru, sesuaikan dengan konteks yang ada di daerah masing-masing,” ujar Ones.

Berbekal itu, Ones memiliki semangat tinggi untuk menyelesaikan pendidikan magisternya di Rusia. Menurutnya, belajar saja tak cukup. Ia mengimbau untuk kemudian beraksi setelah menimba ilmu agar apa yang diperoleh tidak hilang.

“Kalau kita hanya menonton, setelah tahu kita tidak bisa tidak berbuat apa-apa, itu mematikan diri kita sendiri,” pungkas pemuda asal Yalmabi, Papua, itu.