OPM Tegaskan Operasi Militer Tidak Akan Menghentikan Tindakan Mereka
beritapapua.id - Anggota TPNPB-OPM Kodap VIII Intan Jaya. (foto: istimewa)

Komando Nasional Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat–Organisasi Papua Merdeka atau Komnas TPNPB OPM mengatakan operasi militer yang aparat keamanan lakukan tidak akan menghentikan perjuangan mereka menuntut kemerdekaan. TPNPB OPM akan terus berjuang melawan militer Indonesia sampai Papua merdeka.

Hal seperti yang disampaikan oleh Juru Bicara TPNPB OPM, Sebby Sambom dalam menyikapi operasi pengejaran yang TNI-Polri lakukan terhadap para pelaku penyerangan Pos Koramil Persiapan di Kisor, Distrik Aifat Selatan, Kabupaten Maybrat.

Sambom mengatakan langkah TNI-Polri dalam melakukan pengejaran justru hanya membuat ratusan warga sipil di Maybrat mengungsi dan lari memasuki hutan.

“Kami tegas menyampaikan agar (pemerintah) segera menghentikan operasi militer, karena TPNPB OPM tidak akan berhenti perang di sini. Perang akan berhenti usai Papua merdeka,” ujar Sambom.

Menurutnya, operasi pengejaran yang dilakukan TNI-Polri justru hanya akan mengorbankan rakyat sipil. Pengalaman kolektif rakyat Papua yang mengalami operasi militer selama puluhan tahun justru akan memperkokoh ideologi perjuangan Papua merdeka.

Ia juga berharap lembaga kemanusiaan dan organisasi internasonal di tingkat regional maupun Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk membantu menyelesaikan konflik Papua.

“Kami dengar banyak yang mengungsi, sehingga kami meminta semua pihak mendesak Indonesia [untuk] menghentikan operasi militernya, karena operasi militer kejam dan bengis, korbannya selalu warga sipil. Kami minta pemerintah Indonesia duduk dengan kami di meja perundingan, di bawah pengawasan PBB,” kata Sambom.

Tragedi Penyerangan Pos Koramil

Sebelumnya, pada 2 September 2021 dini hari, sekelompok orang menyerang Pos Koramil Persiapan di Kampung Kisor, Distrik Aifat Selatan, Kabupaten Maybrat, Papua Barat. Serangan itu menyebabkan empat prajurit TNI tewas, dan dua prajurit lainnya terluka.

Sambom menyatakan pihaknya bertanggung jawab atas serangan itu. Pasukan gabungan TNI-Polri kemudian menggelar operasi untuk mengejar para pelaku penyerangan.

Baca Juga: Polisi Tetapkan Satu Orang Tersangka Penyerangan Posramil Kisor

Ketua Dewan Adat Papua versi Konferensi Luar Biasa, Dominikus Surabut mengatakan peristiwa Maybrat adalah adalah bagian dari peristiwa kekerasan yang selalu berulang di Tanah Papua.

Surabut mengatakan bahwa rakyat Papua memiliki ingatan kolektif bagaimana operasi militer mengorbankan rakyat atas nama separatisme, demi mengamankan kepentingan investasi di Papua.

“Papua itu masuk ke Indonesia atas kepentingan ekonomi. Kepentingan itu menjadi alasan pemerintah korbankan rakyat Papua, tanpa niat membangun dan menghargai martabat manusianya,” kata Surabut.

Ia juga mengatakan seharusnya pemerintah Indonesia tidak membuat operasi militer di Papua. Dan jika pemerintah Indonesia menghargai orang Papua dan hendak membangun Papua, mereka akan fokus mencari solusi damai ketimbang solusi perang.