
Ratusan ribu kelas pekerja pada tanggal 1 Mei 1886 menggelar aksi mogok besar-besaran. Bertempat di lapangan Hay Market, Chicago, untuk menuntut diberlakukan pembatasan jam kerja menjadi ‘Delapan Jam Sehari’.
Aksi mogok yang berakhir rusuh tersebut merupakan puncak dari perlawanan kaum pekerja atas perkembangan industri kapitalis yang begitu masif. Penghisapan kaum pekerja yang dipaksa dengan jam kerja yang tidak manusiawi, lingkungan kerja yang tidak baik serta minimnya upah merupakan wajah industri pada saat itu.
Aksi mogok yang digelar secara besar-besaran yang dikenal sebagai peristiwa Haymarket tersebut, merupakan puncak aksi dari perjuangan yang telah pecah sebelumnya. Di New Jersey, AS, Peter J McGuire dan Matthew McGuire di tahun 1872, mengerahkan 100.000 pekerja untuk melakukan aksi mogok untuk menuntut hal yang sama.
Aksi Haymarket yang digelar selama 4 hari tersebut memantik banyak aksi di berbagai lokasi pabrik. Aksi ini teragitasi menjadi peristiwa kerusuhan yang merenggut banyak nyawa dari kaum pekerja. Polisi yang diturunkan pada hari ketiga aksi, melakukan penembakan secara serampangan di pabrik McCormick, yang buruhnya ikut melakukan aksi mogok.
Pertentangan kaum buruh dengan para pemilik modal serta kaum borjuis telah terjadi lama sejak zaman industri mulai menggeliat.
Kondisi yang diciptakan oleh negara merupakan ukiran kapitalis total yang memeras keringat buruh sebagai mesin pencetak uang mereka. Karl Marx, Bapak Buruh Dunia, pada manifesto yang ditulisnya bersama Friedrich Engels, menganggap industri kapitalis inilah yang melahirkan kaum proletariat.
Para buruh, tani, lapisan kelas menengah, akhirnya harus mengalah menjadi kaum pekerja, untuk memutar roda industri yang besar. Pertentangan kelas akan terjadi. Alienasi kaum akan menjadi sekat. Pada akhirnya penghisapan industri akan berhadapan dengan kaum proletar yang mengamuk. Membangkitkan romansa kaum pekerja dari zaman tengah (red: abad pertengahan).
Baca Juga: Kerja Senyap KPK Menuai Kritik
Lahirnya Hari Buruh
Hari buruh sebelumnya merupakan hari libur yang diusulkan oleh Peter McGuire untuk dirayakan setiap Senin pertama di Bulan September. Pada tanggal 5 Septermber 1882 mulai dirayakan pertama kali di New York dengan parade hari buruh besar-besaran. Dari sinilah Peter McGuire dikenal sebagai Bapak Hari Buruh Dunia.
Pada bulan Juli 1889, melalui Kongres Sosialis Dunia, di Paris. Ditetapkanlah peristiwa Haymarket pertama, tanggal 1 Mei sebagai hari buruh dengan resolusi: Sebuah aksi internasional besar harus diorganisir pada satu hari tertentu dimana semua negara dan kota-kota pada waktu yang bersamaan, pada satu hari yang disepakati bersama, semua buruh menuntut agar pemerintah secara legal mengurangi jam kerja menjadi 8 jam per hari, dan melaksanakan semua hasil Kongres Buruh Internasional Prancis.
Perayaan dan Simbol Perjuangan Buruh di Indonesia

Hari buruh tidak boleh dirayakan di Indonesia pada era Orde Baru. Stigma komunisme yang melekat pada gerakan buruh dan tani dipakai sebagai senjata untuk mematikan peranan buruh dalam demokrasi.
Segala bentuk demo yang dilakukan oleh pekerja dianggap sebagai perbuatan subversif. Sebuah paradigma yang diciptakan oleh rezim untuk menciptakan stabilitas nasional yang semu, dengan propaganda ‘Anti Komunisme’.
Jejak darah itu masih segar yang menjadi penanda bagi setiap perjuangan buruh untuk mengingat kembali. Betapa buruh ditindas, diperas, dihisap oleh industri yang didukung oleh negara.
Marsinah, simbol perjuangan buruh yang sampai sekarang jejak peristiwa masih terjejaskan oleh penyiksaan karena memperjuangkan apa yang sudah menjadi haknya. Pada tanggal 3 Mei 1993, Marsinah, buruh pabrik di Sidoarjo yang menuntut hak upah dari pabrik tempatnya bekerja, harus bernasib malang.
Perjuangannya untuk mencari kejelasan atas nasib teman-teman seperjuangan yang berhenti dari pabrik tempatnya bekerja, harus dijawab dengan sejumlah penyiksaan. Pada tangga 8 Mei 1993, jenazah Marsinah ditemukan di Nganjuk, Jawa Timur dengan sejumlah luka. Sampai sekarang Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) beranggapan kasus ini masih belum selesai. Otak pembunuhan Marsinah tidak pernah ditemukan.
Marsinah merupakan marwah dari perjuangan buruh hingga sekarang. Apa yang diperjuangkannya menjadi nilai dari aksi-aksi yang setiap tahunnya dilakukan oleh organisasi-organisasi buruh di Indonesia.
Panjang umur perjuangan! Selamat Hari Buruh!