Kabupaten Indramayu menjadi salah satu tujuan wisata bahari di Jawa Barat karena Pulau Biawaknya. Pulau ini punya potensi untuk menjadi pariwisata menarik di Jawa Barat.

Kepala Bidang Destinasi dan Industri Pariwisata Dispara Indramayu, Ela Nurlaela Sari menjelaskan daratan pulau sekitar 120 meter persegi itu secara administrasi masuk wilayah Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu. Namun, dalam wisata, Pulau Biawak dikelola oleh pemerintah provinsi.

“Secara kewenangan masuk provinsi kita gak masuk walaupun secara wilayah ada di kita, sampai dengan sekarang menunggu provinsi mau gimanain itu pulau biawak,” kata Ela kepada detikJabar belum lama ini.

Menuju pulau biawak diakui tidaklah mudah. Pengunjung harus menempuh jarak 29 mil atau sekitar 40 kilometer menyeberangi lautan.

Biasanya, pengunjung memakai jasa pemandu wisata menuju pulau tersebut. Dari titik pelabuhan Karangsong pengunjung akan menempuh perjalanan selama 3 sampai 4 jam memakai perahu tradisional. Hal itu pun disesuaikan terlebih dahulu dengan kondisi cuaca.

“Pengunjung biasanya izin dulu ke petugas untuk mengetahui kondisi laut apakah bisa diseberangi atau tidak,” kata Ela.

Menurut Ela, wisata pulau biawak ini memiliki daya tarik yang khas yang ada di Kabupaten Indramayu. Hamparan hijau pohon mangrove yang asri menjadi satu tempat habitat hewan biawak air.

Lebih dari itu, birunya air laut bisa memanjakan mata para pengunjung. Termasuk ekosistem di dalamnya yang beragam dan sangat indah, bisa dinikmati dengan snorkeling atau diving ketika berkunjung.

Pulau biawak yang bernama asli Pulau Rakit itu tentu memiliki sejarah yang cukup panjang. Salah satunya bukti sejarah yang masih berdiri kokoh menara mercusuar.

“Menara itu di bangun oleh orang Belanda namanya ZM William di tahun 1872. Makanya pas ada foto kunjungan di tahun 1901 ya pantas karena itu di bangun jadi orang Belanda mah sudah ke sana tuh” kata Ela.

Selain itu, pulau ini menjadi saksi bisu sejarah peradaban Islam di masa Sunan Gunung Jati. Sebab, di pulau ini terdapat makam Syekh Syarif Khasan dan santrinya yang konon mengalami sakit ketika hendak diutus menuju kerajaan Sriwijaya di Palembang.

“Ada wisata religinya di sana bisa nyekar ke makam Syekh Syarif Khasan menurut cerita bahwa Syekh Syarif itu utusan dari Pangeran Sunan Gunung Jati untuk berlayar ke kerajaan Sriwijaya di Palembang, di tengah perjalanan katanya sakit makanya beliau dimakamkan di sana,” singkat Ela ceritakan asal usul makam Syekh Syarif Hasan di Pulau Biawak.

Menanti Pengembangan

Pengembangan wisata itu masih belum cukup intensif. Di Pulau biawak kata Ela, pernah di bangun sarana fasilitas penunjang oleh pemerintah provinsi. Namun, kemudian tak lama semua perlengkapan itu hilang dan rusak.

“Pernah di tata oleh provinsi tahun 2016 itu ada 2,3 miliar untuk jalan setapaknya, solar cell, genset dan air untuk pengunjung. Cuma itu habis dalam sekejap pada hilang diambil orang tak bertanggung jawab, kita beberapa bulan kemudian kesana habis tuh barang,” tukasnya.

Jika harus diusulkan, Ela memilih pulau biawak atau pulau rakit itu lebih ke wilayah konservasi untuk pelestarian hewan biawak dan satwa lainnya. Namun, bisa mengeksplorasi pulau lainnya yang tak jauh dari pulau biawak yaitu pulau gosong dan candikian yang tak kalah indah untuk dikunjungi.

Menurutnya, pengembangan objek wisata bisa dilihat dari ketiga aspek utama. Yaitu aspek aksesibilitas, amenitas dan atraksi.

Jarak tempuh menuju Pulau Biawak yang mencapai 40 Kilometer itu terdapat sisi positif dan negatif dalam hal pengembangan pariwisata. Ela menilai, akses yang cukup jauh itu membantu kelestarian habitat asli biawak. Karena, banyak pengunjung pun jika tanpa pengelolaan yang baik bisa merusak habitat.

“Makanya wisata pulau biawak kebanyakan minat khusus, kalau misalkan kita buka go publik tuh, sebanyak-banyaknya orang datang identik dengan sampah ya, khawatir ya nanti punah habitatnya,” katanya.

Selain itu, sarana di Pulau Biawak itu belum menjamin kenyamanan bagi pengunjung. Meski terdapat tempat mes dan mercusuar namun pulau ini tidak berpenghuni dan tenaga khusus dalam mengelola objek wisata.

“Sementara di sana kan tidak ada yang nunggu kalau pun ada itu kan yang menjaga mercusuar. Jadi kalau yang nunggu khusus wisata gak ada, kalau harus ada pastinya butuh biaya untuk gajinya,” lanjut Ela.

Sementara dari aspek atraksi, pulau ini sangat cukup memiliki potensi yang luar biasa mulai dari keindahan alam, hingga kelestarian satwa di dalamnya.

“Dari aspek atraksi, di sana banyak tadi wisata minat khusus artinya dibatasi. Biasanya untuk mereka yang senang snorkeling, diving, mancing itu kan tidak setiap orang suka terus paling penelitian khusus itu aja,” ujarnya.