Rumah Adat Papua Beserta Gambar dan Penjelasan
Beritapapua.id - Rumah Adat Papua Beserta Gambar dan Penjelasan - themoondogies

Rumah Adat Papua Beserta Gambar dan Penjelasan – Papua kaya akan budaya dan kearifan warganya. Masyarakat dunia mengenal mereka sebagai masyarakat yang menjaga hubungan baik dengan alam. Bahkan, dalam beberapa kepercayaan suku Papua, alam merupakan bagian dari diri mereka.

Bukti kedekatan masyarakat Papua dengan alam adalah tempat tinggal mereka. Selain karena bahan baku rumah mereka menggunakan bahan-bahan alami, rumah adat Papua tahan terhadap cuaca ekstrem. Beberapa rumah adat mampu menahan cuaca ekstrem pegunungan Papua yang dingin dan bagian pesisir yang panas.

Tak hanya itu, beberapa rumah adat Papua tahan dari bencana alam seperti gempa bumi. Beberapa lainnya yang memiliki panggung sebagai penyangga rumah mampu terhindar dari banjir.

Selain ramah lingkungan, rumah Adat Papua memiliki fungsi sosial. Mereka membagi rumah sesuai dengan fungsinya. Contohnya, Honai sebagai rumah laki-laki dan Ebai sebagai rumah perempuan.

Baca Juga: Bupati Jayawijaya Resmikan Pondok Generasi Emas

Penasaran dengan detail dari rumah-rumah adat Papua.

1. Rumah Adat Suku Dani, Honai

Inspirasi Rumah Tinggal Papua yang Terjaga
Beritapapua.id – Rumah Adat Suku Dani, Honai – Berbol

Siapa yang belum tahu Honai? Rumah beratap jerami yang berbentuk setengah lingkaran ini begitu ikonik. Honai merupakan rumah adat masyarakat Dani yang menghuni Lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya, Papua.

Lembah Baliem berada 1,600-1,700 m di atas permukaan laut. Tentu, cuaca dingin menyelimuti wilayah ini. Honai merupakan bentuk adaptasi masyarakat terhadap terpaan cuaca Lembah Baliem. Bentuk bulat dan ruang yang cukup sempit dari Honai memang berfungsi untuk menghangatkan ruangan.

Pembuatan rumah Honai pun tidak bisa sembarangan. Rumah Honai merupakan rumah yang khusus untuk laki-laki. Biasanya, Honai berfungsi untuk menyimpan hasil ladang dan pihak laki-laki untuk berjaga. Pintu Honai pun harus menghadap ke arah matahari terbit. Hal tersebut agar Honai dapat adaptif ketika terjadi bencana.

2. Rumah untuk Perempuan, Ebai

Rumah untuk Perempuan, Ebai
Beritapapua.id – Rumah untuk Perempuan, Ebai – Pengajar

Rumah ini milik masyarakat Dani. Sebelumnya, masyarakat memiliki rumah Honai sebagai hunian laki-laki. Kebalikannya, Ebai merupakan rumah khusus untuk perempuan. Makna dari Ebai itu terdiri dari dua kata, yakni ebe yang artinya rumah dan ai yang artinya rumah.

Makna dari Ebai adalah rumah yang menjadi tubuh dari masyarakat, yakni perempuan. Ebai merupakan tempat mama Suku Dani mendidik anak perempuan mereka. Dengan demikian, ini menandakan Suku Dani yang begitu menghormati perempuan. Segala struktur bagian serta bahan rumah Ebai mirip dengan Honai. Hanya saja, ukuran Ebai sedikit lebih kecil.

3. Rumah Pohon Suku Korowai

3. Rumah Pohon Suku Korowai
Beritapapua.id – Rumah Pohon Suku Korowai – GPS Wisata

Rumah adat tertinggi dalam masyarakat Papua berasal dari Kampung Yafulfa, Boven Digul, bagian selatan Papua. Mereka adalah masyarakat Suku Korowai. Masyarakat tersebut membangun rumah di atas pohon dengan tinggi 15 hingga 20 meter. Tentu, seluruh bahan rumah ini berasal dari alam.

Masyarakat Korowai percaya dengan rumah yang tinggi, mereka dapat terhindar dari bahaya. Mulai dari hewan buas, hingga roh jahat. Suku Korowai percaya bahwa ada laleo, roh jahat, yang mencari mangsa setiap malam. Maka, warga lokal membangun rumah mereka tinggi-tinggi. Semakin tinggi, maka semakin aman. Begitulah kepercayaan masyarakat Suku Korowai.

4. Rumah Adat Suku Asmat, Jew

Rumah Adat Suku Asmat, Jew
Beritapapua.id – Rumah Adat Suku Asmat, Jew – GNFIndonesia

Suku Asmat terkenal dengan pahatannya yang mendunia. Namun, tahukah Anda nama dari rumah adat Suku Asmat asal Papua ini? Salah satu rumah adat dari asli Papua ini adalah Jew. Masyarakat lokal mengenal rumah ini sebagai rumah bujang.

Sebelum membahas makna dari rumah Jew, mari membahas bahan dari bangunan rumah ini. Jew merupakan rumah adat yang tahan badai dan banjir. Hal ini lantaran bahan-bahan daripada rumah adat ini berasal dari alam. Mereka menggunakan kayu besi yang kuat dan tahan air sebagai pondasi.

Bentuknya yang tinggi memang bertujuan untuk mengakomodasi masyarakat Suku Adat yang menghuni rawa atau pesisir pantai. Seluruh bahan bangunan rumah adat ini berasal dari alam. Misal, atap dan tembok dari dari daun sagu dan tali rotan. Suku Asmat percaya bahwa leluhur mereka telah bersinergi dengan alam. Maka dari itu, alam merupakan sajian leluhur dalam membangun masyarakat.

Kemudian, Jew merupakan rumah bagi anak laki-laki Asmat untuk berkembang. Itu sebabnya Jew menyandang nama rumah bujang. Hanya laki-laki yang belum menikah yang boleh menempati Jew. Pada rumah tersebut pula mereka mendapatkan pendidikan mengenai bermasyarakat dan peran laki-laki dalam masyarakat.

5. Rumah Adat Kariwari dari Suku Tobati Engros

Rumah Adat Kariwari dari Suku Tobati Engros
Beritapapua.id – Rumah Adat Kariwari dari Suku Tobati Engros – Ainama

Suku Tobati Engros adalah masyarakat yang menghuni tepian Danau Sentani, Jayapura, Papua. Mereka memiliki rumah adat yang bernama Kariwari. Sebuah rumah dengan atap berbentuk limas yang kerap berfungsi sebagai penyambung peradaban.

Kariwari memiliki 8 buah kayu besi utuh sebagai kerangka. Fungsi dari kerangka ini adalah menahan terpaan angin kencang serta cuaca ekstrem. Kemudian, atap Kariwari yang berbentuk limas dengan tinggi 20 hingga 30 meter itu berfungsi sebagai pemecah angin. Untuk membuat tembok dan lantai, Suku Tobati Engros menggunakan bambu dan daun sagu. Sedangkan untuk lantai, mereka menggunakan kulit kayu.

Bentuk rumah adat Kariwari menggambarkan kedamaian, kemakmuran, kesejahteraan dan keagamaan. Tak hanya berbicara soal bentuk limas. Namun, makna dari rumah adat Kariwari  juga berasal dari fungsi rumah tersebut.

Kariwari terdiri dari 3 bagian. Ruangan bawah berfungsi sebagai ruang belajar anak laki-laki Suku Tobati Engros. Masyarakat menggembleng pemuda mereka pada ruangan tersebut. Tujuannya, agar mereka memiliki generasi muda yang tangguh, terampil, dan pandai.

Bagian kedua, yakni ruang tengah merupakan ruang pertemuan kepala suku. Sedangkan ruang atas menjadi ruang meditasi dan berdoa. Ini sebabnya, rumah adat Kariwari sangat sakral bagi masyarakat Tobati Engros. Tempat itu merupakan rumah untuk menggodok pemuda, serta berhubungan dengan para leluhur.