Sindrom Havana Viral, Penyakit Misterius Menyerang Amerika Serikat
Ilustrasi pengidap Syndrom Havana (foto : Pixabay/Rottonara)

Ada serangan misterius yang terjadi pada Negeri Paman Sam, atau Amerika Serikat. Sejumlah pejabat mengeluh merasakan gangguan kesehatan seperti pusing, mual, hingga vertigo. Menurut dugaan sementara, mereka menderita sindrom Havana.

Nama ini berasal dari kasus pertama yang pemerintah temukan, yakni pada daerah Havana. Hingga saat ini, penyakit ini masih misterius. Faktanya, sindrom Havana menyebabkan penderitanya mengalami cedera otak traumatis.

Ada beberapa dugaan tentang penyebab sindrom Havana. Pertama, pemerintah menduga bahwa ini adalah serangan senjata gelombang mikro. Serangan itu menghasilkan suara sonik.

Pemerintah AS menduga bahwa Rusia, seperti GRU (Direktorat Intelijen Utama) dan FSB (Dinas Keamanan Federal Rusia), menjadi aktornya.

Selain itu, pemerintah menyemprotkan insektisida pada sekitar pekarangan kedutaan. Hal ini untuk mengantisipasi penyebab lain dari sindrom Havana.

Selain pejabat, petugas CIA pun menjadi korban. Terdapat 12 petugas intelijen AS yang membutuhkan perawatan medis. Mereka mengaku memiliki keluhan yang sama dengan penderita sindrom Havana.

Misalnya, Marc Polymeropoulos. Beliau adalah mantan perwira senior CIA yang bertugas pada Moskow tahun 2017. Mengutip kumparan, ia mengaku tiba-tiba mengalami vertigo dan ingin muntah.

“Saya terbangun di tengah malam dengan vertigo yang luar biasa,” kata Polymeropoulos mengutip The Guardian. “Kepalaku pusing, mual yang luar biasa, aku merasa seperti harus pergi ke kamar mandi dan muntah. Itu momen yang menakutkan bagiku.”

Hingga tahun 2021, sakit kepala itu belum hilang. Polymeropoulos harus pensiun tahun 2019 karena penyakitnya itu.

Sindrom Havana: Penyakit Psikogenik atau Serangan Senjata?

Tahun 2019, sebuah penelitian dalam Journal of the Royal Society of Medicine menduga bahwa sindrom Havana adalah penyakit psikogenik. Lantas, apa itu penyakit psikogenik?

Istilah psikogenik mengacu pada gangguan tubuh atau kesehatan akibat jiwa. Ketika jiwa terganggu, maka tubuh pun terganggu. Begitu pula sebaliknya. Namun, dokter menduga gangguan psikogenik ini setelah tidak ada indikasi sakit pada fisik.

Misalnya, seseorang mengalami pusing, mual, sakit kepala, bahkan hingga pingsan. Setelah dokter melakukan analisa, ternyata tidak ada indikasi penyakit pada tubuh pasien. Tidak ciri-ciri fisik pada tubuh pasien yang menunjukkan bahwa ia sakit.

Baca Juga : VIRAL!! Lebih dari Setengah Pemudik Positif Covid-19

Dalam kondisi tersebut, maka psikolog adalah pilihan selanjutnya untuk menganalisa penyakit tersebut. Ketika tidak ada indikasi penyakit pada fisik pasien, maka boleh jadi ini karena kondisi jiwa seseorang.

Tekanan hidup, depresi, frustasi dan stres dapat menyebabkan gejala penyakit. Inilah apa yang dalam dunia medis bernama psikogenik.

Namun, studi ini meragukan. Pasalnya, jika ini gangguan psikogenik maka korbannya tidak mungkin banyak dan dalam satu waktu. Hingga saat ini, sindrom Havana masih jadi misteri.