Tradisi Bakar Batu
Tradisi Bakar Batu, Budaya Unik Dari Papua

Di Papua, ada sebuah tradisi yang cukup unik yang bisa menjadi salah satu metoda dalam memasak yang tergolong sehat. Tradisi Bakar Batu namanya. Dalam dunia gastronomi, memasak bahan makanan dengan cara dipanggang atau dibakar memang sudah lazim kita dengar. Namun, mengkonsumsi makanan yang dipanggang atau dibakar ini mempunyai resiko negatif yang akan berpengaruh terhadap kesehatan kita jika dikonsumsi secara berlebihan dan berlanjut. Bahan makanan yang dipanggang atau dibakar bisa memicu zat karsinogenik yang dapat menimbulkan kanker.

Tradisi Bakar Batu ini bukan batu yang dibakar kemudian dimakan, melainkan metode memasak dengan menggunakan batu yang dibakar terlebih dahulu, kemudian ditumpuk dengan daun dan ditumpuk lagi dengan lapisan batu lain yang telah dipanasi. Unik bukan? Bahan makanan yang dimasak dengan metoda seperti ini selain nikmat, tidak juga terekspos oleh arang atau api secara langsung. Hal ini diyakini dapat meminimalisir timbulnya zat karsinogenik yang biasanya terpapar pada makanan yang dipanggang atau dibakar menggunakan arang.

Baca Juga: Danau Sentani Wisata Alam Tersembunyi Milik Papua

Tujuan Tradisi Bakar Batu

Lazimnya, tradisi ini dilakukan pada acara-acara tertentu, karena dilakukan secara bergotong-royong bersama seluruh warga kampung. Tujuan dari diadakannya tradisi ini adalah untuk bersilaturahim, mengumpulkan sanak saudara dan kerabat, acara kelahiran dan perkawinan ataupun pada saat penobatan kepala suku, serta memanggil prajurit untuk berperang. Tradisi bakar batu biasanya dilakukan oleh suku pedalaman atau pegunungan, seperti di Lembah Bailem, Jayawijaya, Yakuhimo, Pegunungan Bintang dan lainnya.

Biasanya pada tradisi bakar batu ini, warga akan menggali lubang yang cukup dalam, batu-batu yang telah dipanasi akan dimasukkan ke dalam lubang tersebut yang sudah terlebih dahulu dialasi dengan daun pisang dan alang-alang. Di atas batu yang telah dipanasi tersebut, ditumpuklah daun pisang kemudian diletakkan daging babi yang telah diiris-iris, yang ditutupi lagi dengan daun pisang dan ditumpuk dengan lapisan batu panas lainnya. Biasanya di atas batu panas tersebut, warga juga menaruh ubi jalar, singkong dan sayuran lainnya sebagai pelengkap.

Tradisi ini dilakukan tidak hanya untuk daging babi, untuk menghormati tamu yang beragama Islam, daging babi bisa diganti dengan ayam, sapi atau kambing. Masyarakat adat Walesi yang beragama Islam melakukan tradisi bakar batu untuk menyambut bulan Ramadhan. Tertarik untuk memasak dengan metoda seperti ini?